Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Januari 2011

Teori Ekonomi Makro , Ringkasan Pemikiran Keynesian Baru

1. Pendahuluan
Depresi besar yang terjadi pada tahun 1930 telah mendorong J.M. Keynes untuk
menerbitkan buku The General Theory yang menawarkan penyelesaian untuk mengatasi
depresi tersebut. Pemikiran Keynes kemudian berkembang dan dianut oleh banyak negara
hingga empat dekade. Sekitar tahun 1970 terjadi stagflasi yang merupakan merupakan
masalah besar dalam perekonomian dunia karena terjadi inflasi yang tinggi yang diikuti
oleh tingkat pengangguran yang serius. Stagflasi ini tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan kerangka pemikiran Keynes. Hal ini mengakibatkan para ekonom mulai
meninggalkan pemikiran Keynes dan Kurva Phillips, yang merupakan trade-off antara
besarnya inflasi dan pengangguran, juga mulai ditinggalkan dalam konsensus ekonomi
makro. Stagflasi ini lebih banyak disebabkan oleh terganggunya penawaran agregat, yang
berbeda dengan analisis Keynes yang menyatakan bahwa penyebab utama fluktuasi adalah
adanya pergeseran permintaan agregat. Landasan mikro dari pemikiran Keynes mulai
dipertanyakan dan pemikiran Klasik Baru mulai mendominasi menggantikan pemikiran
Keynes.
Pemikiran Klasik Baru terus berlanjut dan kebanyakan tidak mau memasuki teori
tentang siklus bisnis yang berdasarkan market clearing. Padahal dalam pemikiran
Keynesian teori tentang siklus bisnis mendapat perhatian yang cukup banyak. Sehingga
tidak heran kalau ide Keynesian terus berkembang dan muncul lagi sekitar tahun 1980 dan
sering disebut Kelompok Keynesian Baru. Keynesian Baru mengawali teorinya dengan
premis bahwa dalam perekonomian terdapat pengangguran tidak suka rela dan menetap
(persistent) serta fluktuasi ekonomi merupakan pusat dari semua persoalan dalam
perekonomian, seperti: represi dan depresi yang merupakan representasi dari kegagalan
pasar untuk skala besar. Keynesian Baru juga menempatkan pembaruan dalam landasan
mikro ekonomi. Pembentukan teori makro ekonomi berdasarkan pengembangan teori
mikro ekonomi untuk pasar barang, pasar tenaga kerja, dan pasar modal.
Pemikiran Keynesian Baru tetap mempertahankan tradisi dari Keynesian yaitu
adanya kekakuan dalam harga dan upah nominal, sehingga Keynesian baru berusaha untuk
mencari penjelasan yang lebih dapat diterima. David Romer merupakan salah satu
tokohnya dan berpendapat bahwa pasar tidak berkompetisi sempurna dan ada penghalang
untuk menerapkan harga nominal yang fleksibel. Lebih jauh Romer menekankan adanya
komplemen antara kekakuan nominal dan riil. Adanya kekakuan riil dapat meningkatkan
2
kekakuan nominal (Romer, 1993). Sedangkan Bruce Greenwald dan Joseph Stiglitz yang
juga masuk dalam kelompok ini, menawarkan pendapat lain. Mereka berpendapat bahwa
adanya pasar yang tidak sempurna dapat menyebabkan bermacam-macan hal, seperti:
meningkatnya biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat dan terjadinya informasi yang
tidak sempurna.
2. Pokok Pemikiran Aliran Keynesian Baru
Pemikiran dalam kelompok Keynesian Baru sangat beragam termasuk di dalamnya
Mankiw, Summers, Stanley Fisher, Phelps, Akerlof, Yellen dan tiga nama yang telah
disebutkan dalam Pendahuluan. Mankiw merupakan salah satu tokok yang paling banyak
kontribusinya dalam pengembangan teori maupun dalam mengumpulkan artikel yang
berhubungan dengan Keynesian Baru.
Perhatian utama dalam Keynesian Baru adalah mencari model yang kuat dan
meyakinkan untuk menjelaskan adanya kekakuan upah dan harga dengan berlandaskan
pada memaksimalkan perilaku dan ekspektasi rasional. Disamping itu, Keynesian Baru
juga menaruh perhatian pada penelitan tentang proses penyesuaian harga yang terjadi di
perusahaan. Sampai saat ini para ekonom belum mempunyai kesatuan pendapat tentang
kebijakan perusahaan dalam hal penyesuaian harga. Kelompok ini juga tidak sepenuhnya
menolak pandangan Klasik Baru. Walaupun demikian Keynesian Baru tetap memberikan
sokongan kepada pandangan Keynes yaitu:
• Dalam perekonomian, adanya pengangguran yang tidak suka rela selalu berlaku.
• Pemerintah perlu secara aktif menjalankan kebijakan untuk mengatasi masalah
pengangguran dan atau inflasi dan mewujudkan kegiatan pada kesempatan kerja penuh.
Dalam hal ini Keynesian Baru berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang ekonomi
pasar masih tidak akan mampu dengan sendirinya menciptakan kesempatan kerja
penuh, sehingga tetap dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah
yang dimaksudkan di sini adalah yang bersifat untuk mengurangi terjadinya
ketidaksempurnaan pasar.
Pemikiran Keynesian Baru tentang adanya fluktuasi juga berbeda dengan
pemikiran Keynes maupun Klasik. Perbedaan pandangan ini secara umum dapat dibedakan
berdasarkan keyakinan berlakunya dikotomi klasik dan keseimbangan Walras, seperti
terlihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Perbedaan Pemikian Keynesian Baru terhadap Lainnya (Romer, 1993)
3. Kekakuan Upah dan Harga
Pada dasarnya Keynesian Baru berpendapat bahwa walaupun terdapat
pengangguran yang tidak suka rela dan kelebihan penawaran barang pada masa resesi,
harga-harga barang tidak menurun ke tingkat yang akan mewujudkan kesempatan kerja
penuh. Adanya bentuk pasar yang bukan persaingan sempurna, pasar yang tidak lengkap,
dan informasi yang tidak simetris membuat harga barang bersifat kaku dan tidak mudah
berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Untuk menjelaskan kekakuan baik
kekakuan harga maupun kekakuan upah, Keynesian Baru mengemukan beberapa teori.
3.1. Penyebab Kekakuan Upah
3.1.1. Model Kontrak Implisit
Model ini aslinya berasal dari Bailey (1974), D.F. Gordon (1974), dan Azariadis
(1975). Kemudian dikembangkan menjadi hipotesis tingkat alamiah (natural rate
hypothesis) oleh Friedman (1968) dan Phelps (1968) yang lebih menekankan proses
memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan
bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan
serikat pekerja. Serikat pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak
kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu periode tertentu. Selama masa kontrak
4
tersebut baik majikan maupun pekerja akan mematuhi keputusan yang telah disetujui.
Perubahan-perubahan dalam kegiatan ekonomi, seperti misalnya: resesi dan inflasi, tidak
akan dengan mudah membuat perubahan kontrak yang telah disetujui. Bila perusahaan
ingin menyesuaikan kontrak sebelum waktunya maka akan dapat mempunyai dampak yang
tidak menguntungkan karena:
• Negosiasi kontrak memerlukan biaya dan waktu baik bagi pengusaha maupun serikat
pekerja.
• Kegagalan dalam bernegosiasi dapat berdampak yang luas seperti terjadinya aksi
mogok para pekerja.
• Bukan suatu strategi yang optimum bagi perusahaan untuk mengurangi upah, karena
bila berlaku demikian akan banyak pekerja yang pindah ke perusahaan lain yang tidak
menurunkan tingkat upahnya.
Ini berarti bahwa dengan adanya serikat pekerja yang kuat, tingkat upah tidak dapat dengan
mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sehingga terjadi kekakuan upah
dan terutama upah akan sukar sekali untuk menurun apabila terjadi resesi. Kekakuan ini
yang menyebabkan timbul masalah pengangguran yang tidak suka rela.
3.1.2. Model Upah Efisien
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1990), Yellen (1984), Katz (1986, 1988),
Harley (1990) dan Weiss (1991). Solow (1979) memberi dasar pada model ini. Upah
efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat
kondisi cukup untuk memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini
perusahaan cenderung untuk menetapkan upah yang lebih tinggi dari pada upah
keseimbangan pasar persaingan sempurna. Ada empat alasan perusahaan untuk
memberikan upah yang tinggi, yaitu :
• Dengan upah yang lebih tinggi ini dimaksudkan untuk alat memaksimumkan disiplin
pekerja dalam melaksanakan tugas. Upah yang tinggi akan membuat pekerja lebih giat
bekerja dan meningkatkan produktivitasnya dan sumbangan kerjanya dapat
meningkatkan produktivitas total perusahaan. Upah yang tinggi ini menyebabkan
mereka takut kehilangan pekerjaan dan hal ini menyebabkan mereka bekerja dengan
lebih giat.
5
• Untuk menghindari biaya penggantian pekerja. Dengan sistem upah yang baik maka
kemungkinan pekerja keluar dari perusahaan dapat diperkecil, sehingga dapat dihindari
pengeluaran biaya untuk mencari pekerja baru. Biaya yang timbul akibat keluarnya
pekerja dari perusahaan dapat berupa: (i) kehilangan produksi dari pekerja lama yang
sedang mencari pekerjaan baru, (ii) biaya untuk merekrut pekerja baru, (ii) biaya untuk
memberi pelatihan kepada pekerja baru, dan (iv) pekerja baru mempunyai
produktivitas yang lebih rendah.
• Sebagai alat untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Tenaga kerja yang
tersedia bersifat heterogen, yang berbeda baik dari segi kepandaian, kerajinan,
ketekunan maupun sikap dalam menjalankan tugas. Apabila perusahaan menawarkan
upah yang lebih tinggi, maka lebih banyak pekerja yang berkualitas akan melamar
pekerjaan tersebut. Dengan demikian melalui upah yang lebih tinggi, perusahaan dapat
memperoleh pekerja yang mempunyai mutu yang lebih baik.
• Upah yang tinggi merupakan imbalan yang seimbang bagi pekerja yang mempunyai
prestasi yang baik. Setiap pekerja mengukur penghargaan perusahaan terhadap dirinya
berdasarkan tingkat upah yang dibayarkan, begitu juga perusahaan akan memberikan
imbalan bagi pekerja yang giat melaksanakan kerja dengan sebaik mungkin sebagai
tanda terima kasih. Ini merupakan imbalan yang seimbang baik bagi pekerja maupun
bagi perusahaan.
3.1.3. Model Orang Dalam – Orang Luar
Model ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Lindbeck dan Snower. Pada
dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersift persaingan tidak
sempurna. Bila dalam pasar tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan
relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian kontrak kolektif antara serikat
pekerja dengan majikan. Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan
(ii) yang tidak menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang luat (outsider). Penentuan
upah dengan kontrak tersebut cenderung lebih tinggi dari pada bila terjadi di pasar
persaingan sempurna. Apabila terjadi resesi, perusahaan akan mengurangi pekrjanya dan
sebagian orang dalam menganggur dan menjadi orang luar. Bila kegiatan perekonomian
pulih kembali, orang dalam akan menuntut kenaikan upah, sedangkan orang luar akan
6
menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini disebabkan berbagai halangan
dari serikat pekerja untuk menghalangi orang luar diambil kerja oleh perusahaan.
3.2. Penyebab Kekakuan Harga
3.2.1. Biaya Menu
Teori ini dikemukan oleh Akerlof dan Yallen (1985), Mankiw (1985), Parkin (1986)
dan terakhir oleh Rotemberg (1987) dan sering disingkat menjadi Pandangan PAYM.
Istilah biaya menu dimaksudkan sebagai biaya yang akan dibayar suatu restoran apabila
membuat perubahan harga makanan yang dijualnya. Untuk menaikkan harga misalnya,
perlu membuat daftar harga baru dan ini memerlukan biaya. Di berbagai perusahaan
perubahan harga akan menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada keuntungan
tambahan yang dapat diperoleh. Biaya untuk membuat daftar harga yang baru tersebut
dapar berupa: pencetakan, pengedaran, pemberitahuan kepada agen, kekecewaan
pelanggan bila mengetahui adanya perubahan harga. Berbagai bentuk biaya ini belum tentu
dapat ditutupi oleh keuntungan tambahan yang diperoleh. Oleh karena itu perusahaan lebih
suka mempertahankan harga yang lama, walaupun hal ini mengurangi jumlah barang yang
dijual.
Pasar barang pada umumnya juga bukan merupakan pasar persaingan sempurna,
sehingga kurva permintaan yang dihadapi menurun ke kanan yang berarti bila ingin
menambah penjualan maka harus mengurangi harga. Ini dapat mengurangi tambahan
keuntungan yang diperoleh karena bersifat diminishing return. Apabila tambahan
keuntungan tidak dapat melebihan biaya menu, perusahaan akan lebih suka mengurangi
produksi dan mempertahankan harga semula.
3.2.2. Harga Mark-Up
Dalam pasar persaingan tidak sempurna, penentuan harga pada umumnya
didasarkan pada penentuan nilai mark-up atau tambahan harga di atas biaya per unit utuk
memproduksi barang tersebut. Cara penentuan harga secara sederhana adalah
menggunakan rumus berikut:
P = M + AC
7
dengan P adalah harga barang, M tingkat mark-up dan AC adalah biaya rata-rata per unit
untuk memproduksi barang tersebut. Perusahaan akan cenderung untuk menaikkan harga
sesuai dengan mark-up yang telah ditetapkan apabila biaya produksi rata-rata meningkat,
tetapi akan mempertahankan harga yang lama dan menambah mark-up apabila biaya
produksi rata-rata menurun. Dengan kecenderungan ini berarti harga barang industri
biasanya sukar untuk diturunkan walaupun dalam keadaan resesi. Dengan kata lain harga
barang di pasar persaingan tidak sempurna bersifat kaku ke bawah.
3.2.3. Ekternalitas Pasar yang Tebal
Dalam dunia nyata penjual dan pembeli tidak dapat bertemu tanpa adanya biaya
mencari (search cost). Konsumen harus meluangkan waktu untuk mencari barang yang
dibutuhkan dan perusahaan membuat iklan untuk menarik pembeli. Pada pasar yang tebal
yaitu pada pasar dengan aktivitas ekonomi yang tinggi, akan terlihat bahwa biaya mencari
akan berkurang dibandingkan pada pasar yang tipis yang aktivitas perdagangannya rendah.
Sehingga ada kecenderungan orang akan lebih suka mencari pasar yang tebal karena
mempunyai banyak pilihan. Jika ekternalitas pasar yang tebal ini membantu menggeser
biaya marginal ke atas pada saat resesi dan ke bawah pada saat ekonomi membaik maka
hal ini akan memberi kontribusi pada terjadinya kekakuan harga.
3.2.4. Pasar Konsumen
Sebagaian besar barang dijual melalui proses belanja yang membutuhkan biaya
mencari. Pembeli selalu mempunyai informasi yang terbatas tentang harga yang termurah
di pasar tersebut. Karena biaya mencari terkait dengan proses belanja maka penjual
mempunyai kekuatan monopoli meskipun banyak perusahaan yang menjual barang yang
sama di pasar tersebut. Karena banyaknya konsumen membeli barang yang sama berulangulang
sehingga ada kecenderungan bagi penjual untuk menghalangi pembeli mencari ke
tempat lain. Cara yang digunakan penjual tersebut adalah dengan menghindari terjadinya
perubahan harga. Bila harga naik maka konsumen akan bereaksi pindah ke penjual lain dan
jika harga turun konsumen akan lambat reaksinya, karena perlu waktu untuk menyebarkan
informasi ini ke pembeli di perusahaan lain. Perbedaan reaksi perubahan harga ini dapat
menyebabkan terjadinya kekakuan harga relatif.
8
3.2.5. Kekakuan Harga dan Tabel Input-Output
Saat ini satu perusahaan berhubungan dengan ratusan perusahaan lain melalui tabel
input-output yang sangat kompleks. Bila ada kejutan permintaan maka tidak ada jaminan
bahwa keuntungan marginal akan bergerak bersama-sama dengan biaya marginal. Jika
terjadi penurunan permintaan agregat, dan satu perusahaan individu menurunkan jumlah
produksinya maka belum tentu biaya marginalnya akan menurun secara proporsional.
Setiap perusahaan akan mempunyai kondisi permintaan agregat yang berbeda, sehingga
menurunkan harga pada kondisi tersebut bisa menyebabkan bangkrut.
3.2.6. Pasar Modal yang Tidak Sempurna
Keterbatasan suatu perusahaan untuk mendapat pendanaan dari luar adalah adanya
informasi yang asimetri antara peminjam dan pemilik modal. Peminjam lebih tahu tentang
investasi yang akan dilakukan dari pada pemilik modal. Sehingga biaya untuk
mendapatkan pendanaan dari luar akan lebih mahal dari pada pendanaan sendiri. Selama
ekonomi baik, perusahaan akan mendapat untung banyak dan mampu mendanai sendiri
proyeknya. Selama resesi biaya untuk memperoleh dana meningkat karena adanya
kebutuhan untuk memperoleh modal dari luar. Sehingga terlihat bahwa biaya untuk
memperoleh modal bersifat counter cyclical. Uraian ini belum secara langsung
menerangkan adanya kekakuan harga, tetapi lebih ditekankan pada adanya pengaruh pasar
modal terhadap terjadinya siklus bisnis.
3.2.7. Harga Sebagai Indikator Kualitas
Perusahaan cenderung tidak mau menurunkan harga bila ada penurunan permintaan
karena adanya anggapan bahwa harga merupakan indikator dari kualitas barang. dengan
menurunkan harga ada resiko konsumen akan menganggap bahwa kualitas barang tersebut
sudah diturunkan.
4. Kritik Terhadap Keynesian Baru
Beberapa kritik tentang Keynesian baru diantaranya adalah:
• Pengembangan teori Keynesian Baru masih bias dan kurang memperhatikan studi
empirisnya. Karena banyaknya ide dari para ekonom Keynesian Baru maka perlu
9
kiranya untuk mengumpulkan semua ide tersebut dalam satu kesatuan struktur ekonomi
makro dan kemudian diuji secara empiris.
• Banyak teori yang sangat bagus tetapi sering tidak berhubungan satu sama lainnya
sehingga sulit untuk mengumpulkan menjadi satu kesatuan dan mengetesnya dalam
kerangka ekonomi makro Keynesian Baru.
• Kritik berikutnya berkaitan dengan biaya menu. Dengan penyesuaian harga dengan
mengganti menu yang kemungkian hanya kecil biayanya dapat menyebabkan kontraksi
yang besar dalam pendapatan nasional maupun pasar tenaga kerja.
• Landasan mikro ekonomi dengan menggunakan asumsi kekakuan harga dan upah
kurang begitu kuat. Seperti dijelaskan oleh Tobin bahwa tidak perlu landasan mikro
ekonomi dengan kekakuan harga untuk membangun ekonomi makro Keynesian.
• Keynesian Baru tidak harus menerima hipotesis ekspektasi rasional. Tetapi karena
sampai saat ini belum ada ide ataupun teori yang lebih baik untuk menjelaskan perilaku
pelaku ekonomi maka ide ekspektasi rasional tetap diterima dalam Keynesian Baru.
• Masih menggunakan model IS-LM untuk menjelaskan permintaan agregat. Dengan
menggunakan IS-LM maka akan menghilangkan adanya ekspektasi, dan berarti juga
menghilangkan kunci untuk menentukan permintaan agregat tersebut.
5. Penutup
Menurut Fisher, Phelps dan Taylor, kesimpulan dari pemikiran Klasik Baru bahwa
kebijakan pemerintah dalam mengelola permintaan tidak efektif bukan berdasarkan asumsi
ekspektasi rasional, tetapi hanya dari asumsi keseimbangan pasar secara serentak. Dalam
Keynesian Baru, model dengan asumsi adanya kekakuan harga, uang tidak netral, dan
kebijakan pemerintah yang efektif maka paling tidak secara prinsip model Keynesian Baru
dapat dibangun. Fleksibilitas harga yang besar seperti asumsi Klasik akan menyebabkan
persoalan karena berpengaruh pada fluktuasi perekonomian.
Keynesian Baru lebih mengutamakan upaya untuk menanggulangi kejutan dari
pada mencari penyebabnya. Pengalaman menunjukkan bahwa perekonomian dapat
terganggu baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Dalam model Keynesian Baru,
fluktuasi adalah tidak dapat diprediksi, tetapi tidak menganjurkan melakukan kebijakan
fine tunning untuk menstabilkan fluktuasi tersebut. Beberapa ekonom Keynesian Baru
menerima kritik dari Monetaris, meskipun demikian kebanyakan berpendapat bahwa peran
10
pemerintah tetap dibutuhkan khususnya bila terjadi kegagalan pasar, misalnya terjadi
depresi. Kebijakan intervensi adalah perlu karena kejutan yang besar dapat bersifat
menetap (persitent) dan bila menunggu pemulihan secara mekanisme pasar akan
memerlukan waktu yang sangat lama.
Daftar Pustaka
Bernanke, B. and Gertler, M. (1989) Agency Cost, Net Worth, and Business Fluctuations,
The American Economic Review, Vol. 79, No.1, March.
Deliarnov (1997) Perkembangan Pemikiran Ekonomi, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Eatwell, J., Milgate, M., and Newman, P. (1987) The New Palgrave a Dictionary of
Economics, Vol. 3, The Macmillan Press Limited, London.
Hillier, B. (1991) The Macroeconomic Debate: Models of the Closed and Open Economy,
Basil Blackwell, Inc., Oxford.
Romer, D. (1993) The New Keynesian Synthesis, Journal of Economic Perspectives, Vol. 7,
No. 1, Winter.
Snowdon, B., Vane, H., and Wynarczyk, P. (1994) A Modern Guide to Macroeconomics:
An Introduction to Competing Schools of Thought, University Press, Cambridge.
Snowdon, B. and Vane, H. (1997) A Macroeconomics Reader, Routledge, London
read more

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL

Pengertian Ekonomi Manajerial
Ekonomi Evan J. Douglas (1995) memberi pengertian ekonomi manajerial sebagai berikut :
"Ekonomi Manajerial adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip metodologi ekonomi dalam proses pengambilan keputusan perusahaan atau organisasi"
Menurut Dominic Salvatore (1996) adalah :
"Ekonom Manajerial adalah pengetahuan yang menunjukkan adanya aplikasi teori ekonomi dan analisis pengetahuan pengambilan keputusan yang menelaah bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien".
Jadi, managerial economics yaitu aplikasi (penerapan) teori ekonomi dan perangkat analisis ilmu keputusan untuk membahas bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan atau maksudnya dengan cara yang paling efisien.

Masalah keputusan manajemen
Masalah keputusan manajemen dalam teori ekonomi :
·    Mikro ekonomi
·    Makro ekonomi
Masalah keputusan manajemen dalam ilmu keputusan :
·    Matematika ekonomi
·    Ekonometri (statistika)
Aplikasi teori ekonomi dan perangkat ilmu keputusan untuk memecahkan masalah keputusan manajerial atau dengan kata lain solusi optimum untuk masalah keputusan. Inilah sebabnya mengapa ekonomi manajerial perlu dipelajari, karena ekonomi manajerial merujuk pada aplikasi teori ekonomi dan perangkat ilmu keputusan untuk menemukan solusi optimal dalam berbagai masalah keputusan manajerial.

Keterkaitan ekonomi manajerial dengan teori ekonomi, ilmu keputusan dan berbagai area fungsional ilmu administrasi bisnis.

·    Keterkaitan dengan teori ekonomi
o    Mikro ekonomi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku ekonomis secara individual sebagai unit pengambilan keputusan seperti: konsumsi individu, pemilik sumber daya dan perusahaan bisnis di dalam sistem perdagangan bebas.
o    Makro ekonomi ialah ilmu yang membahas output, konsumsi, pekerjaan, investasi dan harga secara keseluruhan (agregat) di perekonomian.
Teori ekonomi memprediksi dan menjelaskan prilaku ekonomi yang menjadi faktor penentu yang paling penting atas pengambilan keputusan.

·    Keterkaitan dengan ilmu keputusan
Ilmu keputusan terdiri dari perangkat matematika ekonomi dan ekonometri (statistika) untuk membentuk dan mengestimasi model keputusan yang ditujukan untuk menentukan perilaku optimum perusahaan yaitu mencapai tujuannya dengan cara yang paling efisien.
Matematika ekonomi digunakan untuk memformulakan (menggambarkan dalam bentuk persamaan) model ekonomi yang dipostulatkan dalam teori ekonomi. Dan ekonometri kemudian menerapkan peralatan statistik (terutama analisis regresi) pada data dunia nyata untuk mengestimasi model yang dipostulatkan oleh teori ekonomi dan digunakan untuk peramalan (forecasting).

·    Keterkaitan dengan berbagai area fungsional ilmu administrasi bisnis
Area fungsional administrasi bisnis meliputi :
-    Akuntansi    -    Manajemen sumber daya manusia
-    Keuangan    -    Produksi
-    Pemasaran
Jadi, ekonomi manajerial merupakan pelajaran yang ruang lingkupnya luas yang menggabungkan teori ekonomi, ilmu pengambilan keputusan dan area fungsional ilmu administrasi bisnis dan membahas bagaimana hal tersebut berinteraksi satu sama lain pada saat perusahaan berusaha mencapai tujuannya dengan cara yang paling efisien.

Proses yang terkait dengan semua pengambilan keputusan manajerial, yaitu:
·    Menetapkan tujuan perusahaan atau organisasi
·    Mengidentifikasi berbagai solusi-solusi
·    Mendefinisikan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut
·    Memilih solusi terbaik dari berbagai solusi yang tersedia
·    Mengimplementasikan keputusan tersebut
Pusat perhatian ekonomi manajerial adalah konsep keuntungan, dimana keuntungan merupakan selisih penerimaan perusahaan total dengan biaya total.
Ekonomi manajerial banyak menggunakan model dengan tujuan untuk pendidikan, penjelasan, dan prediksi. Simbol yang digunakan dalam model tersebut dapat berupa variabel, grafik dan matematik.
Misalkan analisis present value dilakukan dengan mendiskontokan aliran kas masa sekarang dengan tujuan untuk mengambil ke putusan. Tingkat diskonto yang cocok adalah opportunity interest rate yang merupakan tingkat penerima atau hasil yang paling baik dengan tingkat resiko yang sama.
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Teori Permintaan
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Pada prinsipnya, jumlah dari barang dan jasa yang mau dan akan dibeli oleh konsumen pada satu periode tertentu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu:
·    Harga barang itu sendiri
·    Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
·    Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
·    Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
·    Cita rasa masyarakat/selera masyarakat
·    Jumlah penduduk
·    Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:
    “Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya  makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”.
Secara matematis, fungsi permintaan suatu barang adalah:
Dx,t = f(Px,t;Yt;PR,t;Pex,t+I;S)
Dimana:
Dx,t    :    Jumlah barang yang x yang dibeli pada periode t
Dx,t    :    harga barang x pada periode t
Yt        :    Pendapatan konsumen pada periode t
PR,t    :    harga barang terkait pada periode t
Pex,t+I    :    harapan akan gerakan harga barang x pada periode t + i
S        :    selera konsumen
Partial derivatif, efek dari perubahan satu faktor (variabel) dengan asumsi variabel lain konstan.  



  (tandanya tergantung jenis barangnya)

Fungsi permintaan adalah daftar harga dan barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada periode tertentu. Makin rendah harganya makin banyak yang mau membeli. Hubungannya negatif dan menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta kondumen dan harga barang ada 3 (tiga) cara untuk menyatakan permintaan,yaitu:
·     Sebagai skedul / tabel.
·    Sebagai grafik.
·    Sebagai fungsi.
·    Skedul / tabel permintaan.

Jumlah diminta    Harga/unit (dalam ribu Rp)      
400
600
900
1300    4
3
2
1   
Tabel tersebut merupakan daftar harga dan jumlah barang yang diminta konsumen        pada suatu periode tersebut.
·    Grafik.


Gambar Grafik






Kurva ini menunjukkan jumlah barang yang diminta konsumen per unit waktu pada berbagai kombinasi harga.

·    Fungsi
Demand dapat juga digambarkan sebagai fungsi:
Dx ; f(Px)
Disini variabel-variabel lain dianggap konstan. Jadi jumlah barang yang diminta adalah fungsi harga dimana variabel-variabel lain dianggap konstan.
Pergeseran Kurva Permintaan









Ada 2 perubahan yang terjadi pada pergeseran kurva permintaan, yaitu perubahan jumlah barang yang diminta akibat perubahan harga (cateris paribus) dan pergeseran kurva permintaan akibat perubahan faktor lain pada harga yang sama.
Apabila barang subtitusi maka kenaikan harga barang akan mendorong kenaikan permintaan barang maka kurva permintaan tersebut akan bergeser ke kanan.
Apabila barangnya komplementer, kenaikan harga barang akan mengurangi permintaan akan barang tersebut sehingga pada harga yang sama kurva permintaan akan bergeser ke kiri.
Apabila harga diharapkan akan naik dimasa mendatang (ekspektasi), maka permintaan akan barang tersebut akan naik saat ini, jadi pada harga yang sama kurva permintaan akan bergeser ke kanan.
Untuk selera agak sulit,yang pasti perubahan selera (esp: makin suka akan suatu barang) akan menyebabkan permintaan naik. Pada harga yang sama kenaikan permintaan akibat perubahan selera akan menggeser kurva permintaan ke kanan.    

Teori Penawaran
Pada dasarnya jumlah dari barang dan jasa yang ditawarkan untuk di jual di pasar tergantung pada sejumlah besar variabel. Akan tetapi sama seperti permintaan untuk mempermudah analisis tersebut terdapat faktor-faktor yang penting yaitu:
·    Harga jual barang tersebut
·    Tingkat teknologi
·    Biaya produksi yang menghasilkan harga input
·    Harga barang terkait
·    Harapan akan kenaikan harga dimasa mendatang
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa :
“Makin tinggi harga sesuatu barang semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.
Secara matematis fungsinya adalah
 x,t =f (Px,t;Tt;PF,t;PR­,t;Pex,t+i)
Dimana:
    Sx,t    :    jumlah barang x yang ditawarkan pada periode t
    Px,t    :    harga barang x pada periode t
    Tt    :    tingkat teknologi yang tersedia pada periode t
    PF,t    :    harga faktor produksi untuk barang x pada periode t
    Px,t    :    Harga barang terkait pada periode t
    Pex,t+I    :    Harapan akan gerakan jual barang x pada periode t+i

Partial derivative ialah efek dari perubahan satu variabel dengan asumsi variabel lain konstan.







Fungsi Penawaran
Penawaran merupakan daftar harga dan barang yang mau dan dapat ditawarkan oleh produsen pada periode tertentu, hubungannya positif.
 x : f(Px)

Skedul / Tabel Penawar.


Keadaan    Harga (Rp)    Jumlah yang ditawarkan (unit)      
A
B
C
D    4000
3000
2000
1000    800
600
375
100   

Grafik

Gambar Grafik





   


Pergeseran Kurva penawaran
Sama seperti kurva permintaan kurva penawaran digambar dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain diluar harga jual adalah konstan perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat perubahan harga jual terjadi pada titik-titik yang terletak sepanjang kurva penawaran.
Apabila salah satu faktor lain diluar harga jual berubah dengan asumsi harga jual konstan perusahaan akan terdorong untuk menambah jumlah barang yang ditawarkan. Dalam hal ini, kurva penawaran bergeser.


Gambar Grafik

 








Keseimbangan Pasar.
Keadaan dalam suatu pasar dikatakan seimbang atau Equilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut misalkan :


Harga (Rp)    Jumlah yang diminta    Jumlah yang ditawarkan    Sifat interaksi      
4000
3000
2000
1000    400
600
900
1300    800
600
375
100    Kel. Penawaran
Keseimbangan
Kel. Permintaan
Kel. Permintaan     
Grafik keseimbangan demand dan supply :




Gambar Grafik





*Kelebihan penawaran adalah jumlah yang ditawarkan di pasar adalah  melebihi dari pada yang diminta para pembeli.
*Kelebihan permintaan yaitu jumlah yang diminta para pembeli melebihi dari pada yang ditawarkan para penjual.

 Secara matematis syarat keseimbangan adalah :

        Permintaan        =    Penawaran
            Qd            =    Qs
            C-dp        =    -m+np

Dimana :
    c        :    Suatu angka tetap yang nilainya positif
    d        :    Kecondongan kurva permintaan selalu negatif
    m        :    Suatu angka tetap nilainya negatif
    n        :    Kecondongan kurva penawaran selalu positif
    Qd        :    Quantitas yang diminta, Qs = Quantitas yang di tawarkan
    P        :    Tingkat harga  
Aplikasi Teori Permintaan dan Penawaran.
Analisis dengan menggunakan teori permintaan dan penawaran akan dapat membantu memahami peristiwa-peristiwa ekonomi dalam masyarakat dan faktor-faktor yang menimbulkan keadaan yang berlaku dalam hal-hal berikut:
Masalah sektor pertanian dalam jangka panjang dan pendek
Dalam jangka panjang di negara-negara maju perkembangan sektor pertanian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
Pendapatan meningkat dengan pesat, tetapi permintaan terhadap barang pertanian sangat lambat peningkatannya.
Teknologi disektor pertanian berkembang dengan pesat dan meningkatkan produktifitas.
Inilah sebabnya sedikit penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan harga barang pertanian berkembang dengan lambat 
Beberapa Kebijakan pemerintah di sektor pertanian
Campur tangan pemerintah dalam mempengaruhi harga juga dilakukan di luar sektor pertanian, mis: kebijakan pemerintah membatasi tingkat sewa rumah, membatasi harga suatu barang (contoh : harga bensin). Kebijakan penekanan harga ini dinamakan kebijakan harga maksimum apabila tidak dikendalikan atau diatur dengan baik kebijakan harga maksimum dapat menimbulkan pasar gelap.
Efek pajak penjualan dan subsidi kepada keseimbangan permintaan dan penawaran.

Surplus Konsumen dan Produsen.

Surplus Konsumen.
      Surplus Konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh karena mereka membeli suatu komoditas. Keuntungan tersebut diperoleh oleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah dari pada harga yang mereka mau bayarkan. Surplus konsumen ditunjukkan oleh daerah yang ditunjukkan pada gambar 2.8
      Dalam teori nilai guna, surplus konsumen menunjukkan terjadinya kelebihan  kepuasan yang dinikmati oleh konsumen. Kelebihan kepuasan ini muncul  akibat adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi sejumlah komuditas dengan pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh komuditas tersebut.
      Pada saat terjadi surplus konsumen, kepuasan yang diperoleh oleh konsumen selalu lebih besar dari pada pembayaran yang mereka keluarkan. Contoh :
          Saat seorang konsumen pergi kepasar hendak membeli mangga, karena minatnya yang tinggi, ia tidak keberatan membeli mangga yang pertama dengan harga Rp 1700/buah, tetapi dipasar didapatinya harga mangga hanya Rp 1000/buah. Dengan demikian ia membayar mangga dengan harga Rp 700/buah lebih murah dari harga yang tersedia dibayarnya. Keadaan demikian akan terjadi hingga tercapainya kondisi keseimbangan karena pada saat itu harga yang mau dibayar konsumen sama dengan harga pasar.

Surplus Produsen.
Surplus Produsen adalah ukuran keuntungan yang diperoleh produsen karena mereka beroperasi pada pasar komoditas. Keuntungan tersebut diperoleh mereka karena harga yang terbentuk di pasar melebihi harga yang mau mereka tawarkan pada tingkat penjualan tertentu. Keseluruhan surplus ditunjukkan oleh daerah dalam gambar 2.8.
Penjelasan tentang surplus produsen dapat ditinjau dari sudut pandang yang sama dengan surplus konsumen, yaitu pada kondisi dimana jumlah yang ditawarkan masih sedikit mereka bersedia menawarkan sejumlah barang dengan harga yang lebih rendah daripada harga keseimbangan pasar. Kondisi tersebut akan berakhir ketika keseimbangan muncul.


Gambar 2.8  Surplus Konsumen dan Surplus Produsen














ESTIMASI DAN PERAMALAN PERMINTAAN

Pendekatan Penelitian Pemasaran Untuk Estimasi Permintaan
Pada konsep peramalan permintaan terhadap 2 masalah utama yang perlu mendapatkan kajian tertentu:
Pertama, Pengukuran pasar potensial saat sekarang dan peramalan    pasar potensial di mana akan datang.
Kedua, Pengukuran dari sebagai pasar potensial tersebut yang dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan saat sekarang dan pada masa yang akan datang.
 Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat di jual dalam pasar tertentu dalam satu periode tertentu dibawah pengaruh suatu set kondisi. Satu set kondisi tertentu disini meliputi variabel yang dapat di kontrol oleh calon investor yakni “Marketing Mix” dan kemampuan manajemen lainnya. Serta variabel yang tidak dapat dikontrol yakni kondisi perekonomian pada umumnya kondisi industri.
Sales potensial adalah proporsi (sebagian) dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Selain itu perlu dipahami pengaruh kedudukan produk dalam siklus usia produk dalam pemilihan metode peramalan. Apakah produk tersebut merupakan produk baru dan sejauh mana derajat “kebaruan” produk tersebut. Apakah produk tersebut benar baru baik bagi investor maupun bagi konsumen atau sekedar baru bagi investor baru bagi investor tetapi tidak baru lagi bagi konsumen. Jika terjadi kendala demikian, perlu dipertimbangkan pula apakah produk baru tersebut sesungguhnya merupakan suatu rangkaian pengembangan dari jenis produk yang sudah ada sebelumnya. Jika produk tersebut bukan produk baru perlu dipertimbangkan apakah produk tersebut dalam masa pertumbuhan atau berada dalam tahap kejenuhan.
Perlu diperhatikan pula pada produk level mana dilakukan peramalan: produk items, produk class, produk line, company sales atau yang lain.
Demikian pula pada unit atau area permintaan : lokal, nasional, internasional, dan juga struktur persaingan yang di hadapi apakah pasar tersebut merupakan pasar oligopoli, monopoli, atau yang lain tidak dapat dilupakan juga jangka waktu peramalan yang digunakan yakni jangka pendek, menengah, atau panjang.  

Estimasi Permintaan Dengan Analisis Regresi
Metode regresi mendasarkan diri pada hubungan sebab akibat atas terjadinya variasi dari suatu variabel dan hubungan sebab akibat tersebut nampak dalam fungsi persamaan regresi.
Regresi Linier Sederhana
Pada hubungan ini hanya satu variabel yang dianggap berpengaruh atas terjadinya variabel yang lain dan fungsi pemasaran liniernya adalah:
Y = a + bx
Dimana:
X    :    Variabel bebas (Independen)
Y    :    Variabel terikat /dependen
a,b    :    Koefisien regresi
Dengan menggunakan metode least squared nilai koefisien a dan b dapat diperoleh dengan:
          b =                a = 

Dari persamaan regresi Y = a + bx yang telah diperoleh terdapat berbagai kemungkinan grafik yang terjadi, misalnya b yang diperoleh sama dengan nol, maka persamaan regresi akan menjadi y = a dan grafik yang terjadi adalah garis horizontal. Dalam keadaan tersebut persamaan regresi yang ada tidak signifikan.
Regresi Linear Berganda
Pada analisis linear sederhana, variasi pada variabel terikat hanya dijelaskan oleh satu variasi pada variabel bebas, maka pada analisa regresi linear berganda variasi pada variabel terikat dijelaskan oleh lebih dari 1 variasi variabel bebas, namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linear.
Penambahan variasi variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel bebas yang terabaikan.
Persamaan dari analisa regresi berganda ini, adalah :
Y : a + b1x1 + b2x2­ + …………+ bnxn
Setelah diketahui hubungan antar variabel dalam persamaan regresi langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan derajat hubungan antar variabel tersebut dengan perhitungan koefisien korelasi yakni:
R = 

Jika misalkan koefisien korelasi dihitung hanya untuk hubungan sebab akibat dengan menggunakan 2 variabel bebas dapat dilakukan dengan persamaan berikut:
R = 
Dimana:
r12    :    Koefisien korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas 1.
r13    :    Koefisien korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas 2.
r23    :    Koefisien korelasi antara variabel 1dan 2.
 Peramalan Kualitatif.
Cara ini dilakukan jika data kualitatif yang berkenaan dengan faktor-faktor yang lain langsung mempengaruhi terhadap permintaan tidak mencukupi. Kalaupun terhadap data tapi kurang memadai jika dipaksakan untuk dijadikan dasar prakiraan maka akan menimbulkan hasil prakiraan yang bias, tak proporsional dan tak relevan. Oleh karena itu lebih relevan jika dipakai suatu cara kualitatif. Prakiraan kualitatif ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa metode teknik sebagai berikut :
Tehnik Survei
Teknik ini dilakukan dengan observasi beberapa variabel ekonomi yang secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan permintaan pasar. Misalnya survei atas rencana para ibu rumah tangga dalam pembelanjaan keperluan rumah tangganya baik keperluan primer maupun keperluan sekunder.
Secara umum aspek-aspek yang di survei dapat kita rinci sebagai berikut:
Survei tentang rencana belanja rumah tangga masyarakat eksekutif perusahaan dan eksekutif pemerintah yang berkaitan dengan rencana perusahaan dan pemerintahan. Rencana pengeluaran apa saja yang diperlukan oleh kelompok rumah tangga dapat di rekam pada survei ini.
Survei tentang keperluan atau kebutuhan pembelian material atau barang-barang dagangan bagi para pelaku bisnis misalnya para distributor, agen penjualan, pedagang eceran dan lain-lain.
Survei tentang rencana pengeluaran konsumen atau masyarakat pada umumnya. Cara ini dilakukan secara periodik atas beberapa produk yang akan dikonsumsi oleh kelompok masyarakat umum. Sekaligus dapat dilihat kebutuhan produk atau barang jenis apa yang dibutuhkan di masa atau beberapa tahun yang akan datang.
Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa hasil survei ini secara tidak langsung dapat digunakan untuk memperkirakan permintaan barang yang diproduksi perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Objek yang dituju sebagai sasaran perusahaan dan sebagai responden dalam kegiatan survei pengumpulan opini ini sama dengan tehnik survei, yaitu: para eksekutif, agen atau distributor serta konsumen atau  masyarakat umumnya. Namun disini yang perlu ditambahkan sebagai sasaran pengumpulan opini adalah dari para ahli atau pakar dibidangnya masing-masing, para konsultan dan lain-lain, juga merupakan sasaran yang dituju untuk dimintai pendapat mereka tentang berbagai persepsi dan wawasan, selera, keinginan, dan barang-barang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya sekaligus potensi-potensi apa yang tersedia di masyarakat yang perlu dan harus dipenuhi oleh perusahaan.
Sebagai contoh misalnya adalah harapan-harapan yang melekat pada produk otomotif sedan yang terdiri atas : harga, kualitas, citra dan kebutuhan yang perlu dipenuhi pada produk otomotif sedan. Bagi prinsipal otomotif sedan menjadi fokus perhatian untuk membuat produk otomotif sedan sesuai dengan harapan dan keinginan yang kolektif dari semua pihak (strata konsumen), maka volume permintaan konsumen beserta kualifikasinya atas otomotif sedan akan tergambar secara tidak langsung dari hasil akumulasi opini ini.






KONSEP ELASTISITAS

Secara umum , elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan/respon dari julah barang yang diminta/ ditawarkan akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.

Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.

Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau susidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan daerah.

Elastisitas Permintaan Terhadap Harga, Permintaan Silang dan Pendapatan

Untuk mengukur seberapa jauh masing-masing faktor yang mempengaruhi konsumen (harga, income, harga barang lain, dan advertensi) baik secara individual maupun secara simultan, maka konsep elstisitas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan.

Konsep elastisitas merupakan suatu cara uuntuk mengukur kecendrungan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian tersebut mempengaruhi volume yang diminta konsumen. Seperti yang diperkenalkan di atas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permimtaan konsumen adalah : harga, income, harag barang lain, biaya advertensi, dan lain-lain.


Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga adalah kecenderungan berubahnya jumlah (volume) permintaan suatu barang, yang disebabkan karena terjadinya perubahan harga barang yang bersangkutan. Dalam pengertian lain seberapa besar pengaruh perubahan harga barang mempengaruhi konsumen dalam merubah volume barang yang diminta.


         atau



     atau
   



     atau



Dengan melihat cara menghitumg angka elastisitas harga ini maka dapat ditafsirkan bahwa makin besar angka elastisitas berarti makin besar pengaruh perubahan harga terhadap volume permintaann. Sebaliknya jika makin kecil angka elastisitas harga berarti makin kecil pengaruh perubahan harga terhadap volume permintaan. Hal ini terlihat dari pedoman ini:


Ep > 1       à  Elastisitas.
Ep < 1       à  In Elastisitas.
Ep = 1       à  Unitary Elasticity.

Dengan pengertian dan pedoman di atas dapat diberikan penjelasan sebagi berikut:
Ep > 1  yang berarti Elastis.
Bahwa % perubahan Qd lebih besar daripada % perubahan P. Sedikit saja harga (P) berubah berakibat perubahan yang lebih besar pada jumlah yang diminta (Qd).
Perubahan harga (P) sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan volume permintaan.
Volume permintaan sangat responsf terhadap perubahan harga, meski perubahan harga relatif kecil.

Ep < 1  yang berarti In Elastis.
Bahwa % perubahan volume permintaan (Qd) lebih besar daripada % perubahan harganya.
Meski perubahan harga cukup besar tapi volume permintaan bereaksi lebih kecil daripad perubahan harga.
Jumlah volume barang yang diminta konsumen tiadak responsif terhadap perubahan harganya.
Sifat permintaan konsumen atas barang ini tidak elastis. Artinya, konsumen hanya sedikit reaksinya dalam merubah terhadap volume bareang yang diminta, meski harga berubah secara drastiscukup besar.


Gambar: Permintaan elastis


Gambar: Permintaan in elastis



Elastisitas Pendapatan
Suatu pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan pembelian atau permintaan atas suatu barang, dengan memperhatikan daya beli yang dipunyai konsumen. Pengaruh daya beli yang dipunyai konsumen merupakan sesuatu yang sangat menetukan terhadap tingkat pembelian yang hendak dilakukan konsumen. Seberapa besar jumlah barang yang hendak dibeli tergantung pada besarnya income yang dimiliki. Jika income per kapita konsumen cukup besar maka daya beli yang dimiliki juga cukup besar. Sebaliknya jika income perkapita mengalami penurunan maka daya beli yang dimiliki juga mengalami penurunan.
Pada umumnya hubungan antara perubahan income perkapita dengan jumlah permintaan konsumen berhubungan positif. Artinya jika income naik, maka volume permintaan cenderung naik. Tetapi jika income menurun biasanya jumlah volume barang yang akan dibeli juga mengalami penurunan.
Oleh karena itu pada umumnya dalam menghitung elastisitas income selalu menghasilkan angka positif. Sudah menjadi karakter manusia yagn selalu berkeinginan untuk memperbesar volume permiintaan manakala income makin makin naik atau konsumen makin kaya. Ei= % perubahan jumlah barang yang dimnita dibanding dengan % perubahan incomenya.

Dengan rumus nampak sebagai berikut:

       atau




      atau


   

    atau



    atau



   




   à biasanositif
Artinya:
    Jika I naik, maka cenderung meningkatkan Qd. Sebaliknya jika I turun, maka cenderung akan menurunkan Qd.

Gambar: Pemintaan Elastisitas Income

    Seberapa besar kecenderungan konsumen merubah volume permintaannya sehubungan dengan perubahan insome yang dimiliki. Masalah ini akan diketahui dengan melihat koefisien elastisitas income (Ei) nya sebagai berikut:

Jika Ei > 1, maka hal ini menunjukkan perubahan income perkapita diikuti oleh perubahan searah dari jumlah barang yang diminta konsumen dalam proporsi yagn lebih besar. Secara riil, jika income perkapita naik sebesar presentase tertentu, maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami kenaikan dalam presentase lebih besar. Demikian juga sebaliknya, jika income perkapita turun sebesar presentase tertentu maka jumlah barang yang akan diminta konsumen akan mengalami  penurunan presentase lebih besar.

    Jika Ei < 1, maka hal ini menunjukkan bahwa perubahan income perkapita selalu diikuti perubahan searah dari jumlah barang yang diminta dengan proporsi lebih kecil. Dengan demikian respon konsumen untuk menambah jumlah barang yang diminta lebih kecil daripada tambahan incomenya. Demikian juga jika income menurun dengan presentase tertentu, maka respon konsumen untuk mengurangi jumlah barang yang diminta lebih sedikit daripada presentase penurunan incomenya.

Elastisitas Silang
Elastisitas silang diartikan sebagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan harga barang lain. Barang lain ini adalah barang yang bersifat subtitusi dan barang yang bersifat komplemanter. Karena perilaku konsumen dalam melakukan pembelian atas suatu barang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh harga barang lain (baik sejejnis maupun pelengkap), maka dapat kita deteksi dengan menghitung elastisitas silang. Cara menghitung elastisitas silamg sebagai berikut:

 Es = % Qdx  /  % Py                    atau

= dQdx / Qdx : dPy / Py        atau












Kalau Py itu harga barang subtitusi, maka biasanya Es positif. Tetapi kalau Py itu harga barang komplementer, maka Es negatif. Oleh karena itu jika:

Es > +1 maka perubahan jumlah barang x yang diminta konsumen lebih besar daripada perubahan harga y. Permintaan ini elastis.
Es > -1 idem untuk perubahan negatif. Artinya jika harga barang lain y naik, permintaan konsumen atas barang x akan menurun lebih besar daripada kenaikan harga barang y tersebut.

Es < +1 perubahan jumlah barang x yang diminta konsumen lebih kecil daripada perubahan harga barang y (perubahan positif).

Es < -1 perubahan atas jumlah barang x yang diminta konsumen disebabkan  karena perubahan negatif yang lebih besar dari harga barang y.

Elastisitas Advertensi
Biaya advertensi dapat dipengaruhi konsumen. Seberapa besaar pengaruh periklana atau advertensi yang dilakukan terhadap volume permintaan konsumen. Cara mengukurnyua adalah dengan menghitung elastisitas biaya advertensi. Elastisitas biaya advertensi (Ea) dapat dihitung dengan:

Ea = %dQ  /  %dA        atau



    atau







Jika Ea > 1 maka pengaruh biaya advertensi cukup besar atau elastis terhadap perubahan volume permintaan konsumen. Tetapi jika Ea < 1 maka pengaruhnya relatif kesil terhadap perubahan volume permintaan konsumen.



Penggunaan Elastisitas dalam Pengambilan Keputusan Manajerial

Sebagai pedoman untuk memperkirakan keputusan apa yang dapat dilakukan manajer perusahaan dalam menghadapi perilaku konsumen ini berikut merupakan indikasi-indikasi dan konsekuensi dari elastisitas harga permintaan.

Tabel. Elastisitas permintaan dan akibat perubahan harga.


Elastisitas    Harga dinaikkan    Harga diturunkan      
Ep > 1    Total pendapatan akan turun    Total pendapatan akan naik      
Ep < 1    Total pendapatan akan naik    Total pendapatan akan turun      
Ep = 1    Total pendapatan tidak berubah    Total pendapatan tidak berubah   






Teori Produksi
A. Pengertian Teori Produksi
Bagi kebanyakan manajer perusahaan, persoalan produksi yang dihadapi adalah bagaimana memproduksi suatu produk dengan komposisi yang palin menguntungkan Baik komposisi input yang dipergunakan maupun komposisi jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk memkasimumkan profit, para manajer perusahaan harus berorientasi pada usaha memproduksi secara efisien dengan beban biaya minimal.

Hal ini diartikan sebagai upaya untuk secara terus menerus mencari dan menemukan metode rekayasa memproduksi serta membandingkan metode yang dipakai dengan metode yang sudah pernah digunakan oleh perusahaan sebelumnya. Dari perbandingan tersebut dipilih suatu metode yang merupakan terbaik, dengan menghasilkan keuntungan tertinggi bagi perusahaan.

Pada teori produksi yang biasa dibahas dalam kebanyakan literatur ekonomi manajerial terdapat berbagai macam metode pendekatan. Pendekatan yang pertama ialah pendekatan yang menggunakan satu variabel input. Pendekatan kedua dikenal sebagai pendekatan dua variabel input dan pendekatan ketiga adalah dengan pendekatan biaya total.


B. Pendekatan Satu Variabel Input
Seperti kita ketahui bahwa faktor-faktor atau variabel yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan produksi adalah: faktor modal, tenaga kerja, bahan mentah dan bahan pembantu, teknologi (alat-alat, masin dan perlengkapan produksi) dan manajemen. Akan tetapi di dalam teori produksi (menentukan komposisi dan jumlah produksi) pendekatan satu variabel input hanya hanya satu variabel saja yang dipergunakan. Di samping itu variabel ini memiliki posisi yang penting dalam pembentukan nilai produksi yang cukup tinggi  pada output yang dihasilkan.



Input Labor    Output Produk    Marginal Produk    Average Produk    Elastisitas Produksi      
0    0    -    -    -      
1    20    20    20          
2    50    30    25    +1,28      
3    90    40    30    +1,24      
4    120    30    30    +1,00      
5    140    20    28    +0,68      
6    150    10    25    +0,37      
7    155    5    22    +0,21      
8    155    0    19    +0,00   
perusahaan akan menggunakan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 atau 8. Karena dengan tenaga kerja sebesar tersebut jumlah produksi output dapat mencapai jumlah yang maksimal, yaitu sebesar 155. Tetapi apabila menggunakan pertimbangan selain tenaga kerja, namun juga tambahan produksi (marginal produksi) maka dengan tambahan tenaga kerja sama (1 labor) ternyata yang dapat memberikan tambahan produksi sebesar terdapat pada penggunaan tenaga kerja sebanyak 3. Karena dengan jumlah tenaga kerja sebesar itu dapat memberikan tambahan produksi terbesar yakni sebesar 40. Hal ini berarti kita memperbandingkan antara tambahan jumlah tenag kerja dengan tambahan ju,lah produksi pada posisi penggunaan tenaga kerja sebanyak 3 tersebut justru mempunyai pengaruh yang paling besar bagi penambahan jumlah produksi, lihat pada kolom MP pada jumlah 40.

Selanjutnya jika menggunakan kriteria average produksi, yang berarti menggunakan perhitungan tingkat produktivitas per tenaga kerja (labor) maka tentunya perusahaan akan memilih jumlah tenaga kerja yang dapat memberikan tingkat yang paling tinggi. Pada tabel di atas terlihat pada menggunakan tenaga kerja (labor) sebanyak 3 atau 4. Karena pada jumloah ini tingkat produktivitas per tenaga kerja yang dapat mencapai jumlah produksi paling tinggi yaitu sebesar 30 unit.



Gambar: Kurva Total Produksi, Average Produksi, dan Marginal Produksi

C. PENDEKATAN DUA VARIABEL INPUT
    Dalam pendekatan dua variabel input teori produksi hanya memperhitungkan dua macam input, dimana kerdua macam input ini saling dapat menggantikan kedudukan penggunaannya dalam produksi. Artinya jika input yang satu dikurangi atau ditambahkan maka akan dapat digantikan perannya dengan ditambahkan atau dikurangi input yang lain.
Misalnya kita dapat mencontohkan antara input tenaga kerja dan mesin. Antara tenaga kerja dan mesin disini dapat saling mengganti peran dalam melaksanakan fungsi produksi. Kalau tenaga kerja ingin ditambah maka konsekwensinya porsi mesin dapat dikurangi.sebaiknya jika tenaga kerja yang ingin dikurangi maka konsekwensinya harus menambah mesin sebagai penggantinya untuk mencapai target produksi tertentu.


C.1, Isoquant (Jumlah Produksi Sama)
    Pendekatan ini digambarkan ke dalam kurva isoquant yang diartikan sebagai kurva yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi yang efisien dari dua input yang diperlukan untuk dapat menghasilkan output yang sama jumlahnya. Misalnya untuk menghasilkan output sjumlah 50 unit maak terdapat kombinasi penggunaan input sebagai berikut:

Tabel. Kombinasi Mesin dan Labor untuk menghasilkan 50 unit Produk Output.


Kombinasi    Mesin    Labor      
A    6    1      
B    3    2      
C    2    3      
D    1    6   

Dari tabel di atas terlihat kombinasi A di mana 6 mesin dan 1 labor dapat menghasilkan produk output sebesar 50. Pada kombinasi B di mana 3 mesin dan 2 labor dihasilkan output sebesar 50. Dan kombinasi C di mana 2 mesin dan 3 labor juga dapat menghasilkan output sebesar 50. Serta kombinasi D di mana 1 mesin dan 6 labor juga menghasilkan output sebesar 50.

Gambar. Kurva Isoquant, dari Penggunaan Labor dan Mesin

    Kalau perusahaan ingin mendapatka komposisi input labor dan input kapital yang akan menghasilkan output yang lebih besar, maka isoquant yagng tergambar makin bergeser ke kanan. Sebaliknya komposisi input di mana output yang dihasilkan lebih sedikit, maka kurva isoquant bergeser ke kiri. Kurva di atas menunjukkan titik kombinasi A, B, C, dan D yang dapat menghasilkan output sebesar 50. Jika perusahaan ingin menghasilkan output lebih besar dari 50 maka isoquant bergeser ke kanan. Yang berarti semakin besar komposisi input yang dipergunakan untuk menghasilkan output yang lebih besar tersebut


C.2. Isocost (Garis Kemampuan Biaya)
    Sebagaimana diketahui bahwa isoquant merupakan berbagai alternatif penggunaan input untuk manghasilkan output yang sama jumlahnya. Namun sampai di situ masalah pemilihan berapa komposisi jumlah input yang akan ditentukan belum bias dipastikan. Sebab isoquant hanya membahas berbagai alternatif dan kondisi objektif dari sifat kemampuan alamiah dari dua input yang dipergunakan menghasilkan output. Karena pada alternatif mana saja sepanjang isoquant hasilnya sama, yaitu jumlah output yang dihasilkan samaPendekatan ini dikenal dengan istilah Isocost, yang diartikan sebagai komposisi input atau kombinasi dua macam input yang akan dipergunakan untuk menghasilkan output yang mampu dibiayai oleh perusahaan. Seandainya saja perusahaan hanya menggunakan input labor dan kapital saja, maka kemampuan perusahaan untuk membiayai ekspenditure labor dan kapital tercermin pada persamaan berikut ini:

B = aL + Bk

Di mana B merupakan kemampuan dana perusahaan untuk membiayai labor dan kapital. Sedangkan a merupakan harga per unit labor dan L merupakan jumlah unit labor yang dipergunakan. Sedang b merupakan harga per unit kapital, dan K merupakan jumlah unit kapital yang dipergunakan.

    Persamaan di atas merupakan cerminan total biaya yang dipergunakan untuk membiayai labor (aL) dan kapital (bK). Di samping itu persamaan ini merupakan batas kemampuan atau ketersediaan perusahaan dalam membiayai labor dan kapital. Karena isocost menunjukkan berbagai kombinasi labor (L) dan kapital (K), yang mampu atau disediakan oleh perusahaan, maka batas isocost inilah yang diupayakan dapat menghasilkan output tertinggi atau terbesar. Sebagai contoh dapat diberikan sebagai berikut:

Jika B (dana perusahaan) = Rp 1000,- harga per unit labor (a) adalah Rp 100,- dan harga per u unit kapital (b) Rp 100,- maka perusahaan dengan dana tersebut mampu membiayai atau menggunakan 10 unit labor, atau 10 unit kapital saja untuk memproduksi output tertentu.

Jika angka-angka ini dimasukkan ke dalam fungsi isocost akan terlihat sebuah fungsi:

1000 = 100L + 100K

Jika Rp 1000,- itu digunakan seluruhnya untuk labor, dalam arti K = 0 maka L = 10. jika seluruhnya digunakan untuk kapital maka L = 0 dan K = 10. kemampuan itu tergambar pada kurva berikut:



Gambar. Kurva Isocost, atas Penggunaan Kapital dan Labor

Jadi sepanjang kurva isocost AB yang merupakan berbagai kombinasi pengguanaan input L dan K, kemudian dapat dipilih satu kombinasi penggunaan input labor dan kapital untuk memproduksi output yang diinginkan perusahaan. Kurva isocost akan bergeser ke kiri atau ke kanan jika: dana, harga per satuan input mengalami perubahan. Seperti nampak pada persamaan garis isocost AB, adalah: B = Al + bK, jika dibuat bentuk lain nampak seperti berikut ini:

Bk = B – aL    maka:

   




C.3. Kombinasi Input Optimal
    Permasalahan kombinasi mana yang akan dipilih tentunya merupakan gabungan antara kemampuan dan perusahaan dengan kuantitas yang dihasilkan yang tercermin pada isocost dan isoquant yang telah diutarakan di atas. Oleh karena itu konsep gabungan isocost dan isoquant ini diperlukan untuk membantu perusahaan dalam usaha mencapai kombinasi baik input maupun output yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan. Jadi penggunaan input optimal di sini dimaksudkan sebagai penggunaan input atau biaya tertentu yang bisa menghasilkan output terbesar. Atau dengan mencapai output tertentu dilakukan dengan pengorbanan biaya atau dana minimal.

    Untuk mencapai kombinasi yang dimaksudkan di atas maka kita harus mencapai titik singgung/titik himpit (tangen) antara kurva isocost dan isoquant. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut:


   
Gambar. Kurva Titik Penggunaan Input Optimal

Maka pengorbanan biaya yang paling minimum untuk memproduksi output sebesar 50 adalah kombinasi input pada titik P di mana input L = 5 unit dan input K = 4 unit. Bukan kombinasi yang lain misalnya titik T karena pada titik ini harus menyediakan dana yang lebih besar. Demikian juga untuk memproduksi output sebesar 80 maka kombinasi input yang optimal yang tercermin pengorbanan dana minimal adalah pada titik Q bukan titik N dan M karena pada kombinasi ini membutuhkan dana atau biaya yang lebih dibanding kombinasil Q.

MRTS     = a / b
Jika MRST = MPL/MPK, maka kita dapat mengatakan bahwa kombinasi input yang optimal ada pada posisi di mana:

MPL / MPK = a / b
Rumus dapat juga dinyatakan seperti berikut:
MPL / a = MPK / b


D. TINGKAT PENGGUNAAN INPUT OPTIMAL
    Dalam perusahaan terdapat satu faktor input bersifat tetap, sedang faktor yang lain bersifat variabel, maka persoalan yang ingin dibahas adalah bagaimana menentukan penggunaan faktor input variabel yang paling optimal. masalah ini merupakan masalah yang penting, terutama bagi perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, baik yang berskala kecil maupun yang berskala besar.

Untuk membahas masalah ini terlebih dahulu perlu diketahui tentang dua hal yaknidi satu pihak adalah Pendapatan Marginal (MR) dari input yang bersifat variabel dan di lain pihak adalan Pengeluaran Marginal (Margianal Expenditure) dari input tersebut. Karena untuk menentukan penggunaan input yang paling optimal kedua hal tersebut harus sama jumlahnya atau nilainya. (Ingat fungsi turunan atau deferensial integral dalam matematika ekonomi).

D.1 PENDAPATAN MARGINAL DARI INPUT VARIABEL
    Pendapatan marginal dari input variabel  adalah tambahan pendapatan (dalam satuan mata uang) sebagai akibat dari tambahan pengunaan input variabel tersebut. Rumusan tersebut dinotasikan dengan MRP,=dTR/dY,dimana dTR merupakan perubahan total pendapatan sebagai akibat dari perubahan pengunaan input variabel y yang digunakan perusahaan.
Notasi tersebut berasal dari MRP = dTR / dY = dTR / dQ x dQ / dY.  MRP = dTR / dY, adalah pendapatan marginal yang diperoleh karena menggunakan input variabel (misal tenaga kerja atau labor).dalam contoh dimisalkan y atau Y adalah notasi untuk labor atau tenaga kerja. dTR/dQ adalah pendapatan marginal karena adanya tambahan produksi atau output .hal inidapat kita samakan dengan harga per satuan dari produk yang dihasilkan perusahaan karena harga jual produk ini tidak lain adalah merupakan pendapatan marginalnya. dQ/dY= MP ,adalah rasio antara tambahan produksi dibanding dengan tambahan input variabelnya,(dalam hal ini tambahan output dengan tambahan labor atau tenaga kerja) dengan demikian rumusan-rumusan itu dapat dilakukan dengan rumusan lain seperti berikut ini :

MRP = MR x MP


D.2 PENGELUARAN MARGINAL
    Pengeluaran marginal atau marginal expenditure adalah jumlah tambahan input variabel yang dimasukkan sebagai bagian dari total biaya perusahaan keseluruhan,notasinya adalah Mey yang kepanjangannya dapat disebutkan sebagai Marginal Expenditure dari input variabel y (labor atau tenaga kerja) ini dapat diartikan sebagai besarnya kontribusi tambahan input variabel ini terhadapa tambahan biaya total produksi perusahaan secara keseluruhan.dari pengertian ini dapat dirumuskan notasinya sebagai berikut :

ME = dTC / dY.

    Sebagai contoh ilustrasi dapat dikemukakan, misalkan perusahaan elektronik yang memproduksi televisi berwarna,memiliki data hubungan antara jumlah produksi televisi (Q) per hari dengan jumlah pekerja televisi yang dipekerjakan (Y) di perusahaan tersebut per harinya dengan notasi fungsional sbb:

Q  =  98Y - 3Y²

    Andaikan perusahaan pada saat ini merencanakan harga perunit TV tersebut US$ 500.Maka hal ini berarti pendapatan marginal perusahaan tersebut sebesar US$ 500. Upah gaji pekerjanya misalkan US$ 1000 per hari. Berapa pekerja yang sebaiknya dipakai perharinya oleh perusahaan tersebut agar penggunaan tenaga kerja dapat menghasilkan output yang optimal dan perusahaan mendapat keuntungan yang maksimal

TEORI DAN ESTIMASI BIAYA

1.    Karakteristik Biaya.
Salah satu hal penting dalam analisis biaya adalah perbedaan antara biaya eksplisit dan implisit. Biaya Eksplisit (explicit cost) berarti pengeluaran aktual, dan harga pembelian bahan mentah serta barang setengah jadi. Biaya Implisit (implicit cost) berarti nilai input yang dimilki dan digunakan oleh perusahaan dalam aktivitasnya sendiri.
Meskipun perusahan tidak mengeluarkan sejumlah biaya aktual tertentu dalam menggunakan input tersebut, input-input tersebut tidaklah gratis, karena perusahaan dapat menjual atau menyewakan input yang dimiliki kepada perusahan lain. Jumlah input yang dimiliki yang dapat perusahaan jual atau sewakan kepada perusahaan lain mencerminkan biaya produksi perusahaan yang memiliki dan menggunakan input-input tersebut.
Biaya implisit meliputi gaji tertinggi yang dapat diperoleh oleh si pengusaha apabila bekerja ditempat alternatif terbaiknya, dan pendapatan tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari menginvestasikan modalnya dalam alternatif lain yang paling menguntungkan atau menyyewakan tanah dan bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi (dibandingkan dengan menggunakan sendiri).
Dalam ilmu ekonomi baik biaya implisit maupun eksplisitharus dipertimbangkan. Artinya, dalam mengukur biaya produksi, perusahaan harus memasukkan biaya alternatif atau biaya oportunitas (alternative or opportunity cost) seluruh input, baik yang dimilki atau dibeli oleh perusahaan. Alasannya bahwa perusahaan tidak menahan input yang disewakan jika input tersebut dibayar dengan harga yang lebih rendah dari harga yang dibayar oleh perusahaan lain. Biaya ekonomis (economic cost) seperti ini harus dibedakan dari biaya akuntansi (accounting cost), yang hanya mengaju pada pengeluaran aktual perusahaan atau biaya eksplisit, yang digunakan untuk membeli atau menyewakan input. Biaya akuntansi atau biaya historis penting untuk laporan keuangan perusahan dan untuk pajak. Bagi tujuan pengambilan keputusan manajerial (yang merupakan perhatian utama), biaya ekonomis atau biaya oportunitas adalah konsep biaya relevan (relevant cost) yang harus digunakan. Berikut contoh yang peranannya dalam mengambil keputusan manajerial yang tepat.
Contoh dalam pengukuran biaya penyusutan (depresiasi) untuk aset yang tahan lama atau berumur panjang. Misalkan suatu perusahaan membeli sebuah mesin seharga $1.000 . jika umur mesin tersebut diperkirakan 10 tahun dan akuntan menghitung penyusutan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus atau straight line (yaitu $100 per tahun), nilai akuntansi dari mesin tersebut adalah nol pada akhir tahun kesepuluh. Anggap bahwa mesin tersebut dapat tetap digunakan untuk tahun berikutnya, dan perusahaan dapat menjual mesin tersebut seharga $120 pada akhir tahun kesepuluh atau menggunakannya untuk tahun-tahun selanjutnya. Biaya penggunaan mesin tersebut nol sepanjang akuntan mempertimbangkan (karena mesin tersebut telah didepresiasi secara penuh), tetapi bagi ekonom nilainya tetap $120. Penetapan biaya yang tidak tepat sebesar nol untuk penggunaan mesin akan menjadi salah dalam sudut pandang ekonomi dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan manajerial yang keliru.


2.    Fungsi Biaya Jangka Pendek.
Dalam pembahasan pada materi ini, akan dibedakan antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost) dan menurunkan fungsi biaya total dan biaya per unit dari suatu perusahaan. Fungsi biaya ini diturunkan dari harga input dan kombinasi input optimum yang digunakan untuk memproduksi berbagai tingkat output.
2.1    fungsi biaya total dan biaya perunit jangka pendek.
Kewajiban total perusahaan per periode waktu untuk seluruh input tetap disebut biaya tetap total (total fixed cost / TFC). Biaya ini meliputi pembayaran bunga terhadap modal yang dipinjam, pengeluaran sewa terhadap pabrik yang disewa dan perlengkapan, pajak kepemilikan benda-benda dan gaji yang tetap karena kontrak, yang harus dibayar selama umur kontrak tanpa melihat apakah perusahaan berproduksi atau tidak. Biaya variabel total (total variabel cost / TVC), disisi lain adalah kewajiban total perusahaan per periode waktu untuk seluruh input variabel yang digunakan. Input variabel adalah input yang dapat dengan mudah diubah oleh perusahaan dalam waktu singkat. Termasuk dalam biaya variabel pembayaran adalah untuk bahan mentah, bahan bakar, depresiasi yang terkait dengan penggunaan pabrik dan peralatan, sebagian besar biaya tenaga kerja, pajak, dan lain-lain. Biaya total (total cost / TC) sama dengan biaya tetap total (TFC) ditambah dengan biaya variable total (TVC), artinya :
TC = TFC + TVC
Fungsi ini menunjukkan bahwa biaya tetap, variabel, dan biaya total yang minimal bagi perusahan untuk menggunakan kombinasi berbagai tingkat output tertentu dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan kombinasi input yang optimum atau biaya yang rendah. Sehingga, biaya total untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu diperoleh dengan mengalikan kuantitas optimum dari masing-masing input dikalikan dengan harga input dan kemudian menambah seluruh biaya. Dalam mendefenisikan fungsi biaya, seluruh input dinilai atas dasar biaya oportunitasnya, yang mencakup baik yang eksplisit maupun yang implisit. Harga input diasumsikan tetap konstan dengan mengabaikan kuantitas yang diminta pada masing-masing input oleh perusahaan.
Dari fungsi biaya total tetap, biaya variable total, dan biaya total, kita dapat menurunkan fungsi biaya perunit (biaya tetap rata-rata, rata-rata variabel, variabel total dan marginal). Biaya tetap rata-rata (avarage fixed cost / AFC) sama dengan biaya tetap total (TFC) dibagi dengan tingkat output (Q). Biaya variable rata-rata (avarage variable cost / AVC) sama dengan biaya variabel total (TVC) ddibagi dengan out put. Biaya total rata-rata juga sama dengan biaya tetap rata-rata ditambah dengan biaya variabel rata-rata. Terakhir, biaya marjinal (marginal cost / MC) adalah biaya total atau perubahan dalam biaya variabel total (TVC) akibat perubahan dalam jumlah output per unit. Berikut persamaannya :
AFC  =  TFC / Q.
AVC  =  TVC / Q.
ATC  =  TC / Q  =  AFC + AVC.
MC    =      TC  /     Q   =      TVC  /    Q.

Skedul Biaya Total dan per Unit Jangka Pendek.

Kuantitas output    Biaya tetap Total    Biaya variabel Total    Biaya Total    Biaya tetap Rata-rata    Biaya variabel Rata-rata    Biaya total Rata-rata    Biaya Marginal      
(Q)    (TFC)    (TVC)    (TC)    (AFC)    (AVC)    (ATC)    (MC)      
0    $ 60    $ 0    $ 60    -    -    -    -      
1     60     20    80    $ 60    $ 20    $ 80    $ 20      
2     60     30    90    30    15    45    10      
3     60     45    105    20    15    35    15      
4     60     80    140    15    20    35    35      
5     60     135    195    12    27    39    55   

Karena perbedaan antara TC dan TVC adalah TFC, yang merupakan biaya tetap, maka perubahan dalam TC dan perubahan dalam TVC per unit perubahan output (MC) adalah identik. Dalam termininologi kalkulus dapat dinyatakan ,
MC = d(TC) / d Q = d(TVC) / d Q   karena  =  d(TFC) / d Q  = 0.
2.2    Kurva biaya total dan biaya perunit jangka pendek.

Karena kurva AVC berbentuk U, dengan tanaga kerja sebagai satu-satunya input variabel, TVC untuk setiap tingkat output (Q) sama dengan tingkat upah (w yang diasumsikan tetap) dikalikan dengan kuantitas tenaga kerja (L) yang digunakan. Jadi ,
AVC = TVC / Q = w L / Q =  W / APL
Karena produk fisik rata-rata tenaga kerja (Q/L) biasanya meningkat pertama kali mencapai maksimum, kemudian menurun hal tersebut diikuti kurva AVC juga pertama kali menurun, mencapai minimum, dan kemudian naik. Karena kurva AVC berbentuk U, kurva ATC juga berbentuk U. Kurva ATC berlanjut turun setelah kurva AVC mulai naik selama penurunan AFC melebihi peningkatan kurva AVC.
Bentuk kurva MC dapat dijelaskan sebagai berikut :
MC = d TVC / d Q = d (WL) / d Q = W / MPL .
Karena produk marjinal tenaga kerja (MPL) pertama kali meningkat, mencapai maksimum, dan kemudian menurun, kurva MC juga pertama kali menurun, mencapai minimum dan kemudian meningkat. Sehingga, bagian yang naik dari kurva MC mencerminkan operasi hukum hasil yang menurun.

3.    Kurva Biaya Jangka Panjang.
Pada materi ini yang dapat dipelajari yaitu, bagaiman caranya menurunkan kurva biaya total, rata-rata dan marjinal jangka panjang suatu perusahaan. Kemudian melihat hubungan antara kurva biaya rata-rata jangka panjang dengan kurva jangka pendek perusahaan.

 Kurva Biaya Total Jangka Panjang.
Untuk mendefinisikan jangka panjang sebagai suatu periode dimana seluruh input adalah variabel. Sehingga, seluruh biaya adalah variabel dalam jangka panjang (artinya perusahaan tidak menghadapi biaya tetap), panjangnya waktu jangka panjang tergantung industri. Kurva biaya total jangka panjang (long-run total cost / LTC ) diturunkan dari pola ekspansi perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka panjang minimal dalam memproduksi berbagai tingkat output. Kurva biaya rata-rata dan marjinal jangka panjang perusahaan diturunkan dari biaya total jangka panjang.
Kurva LTC dimulai pada titik asal karena tidak ada biaya tetap pada jangka panjang. Dari kurva LTC kita dapat menurunkan kurva biaya rata-rata jangka panjang dari suatu perusahaan. LAC adalah sama dengan LTC dibagi dengan Q , yaitu :

LAC = LTC / Q .

Dari kurva LTC kita dapat juga menurunkan kurva biaya marjinal jangka panjang (long-run marjinal cost – LMC). Kurva ini mengukur perubahan LTC per unit perubahan output dan ditunjukkan oleh kemiringan dari kurva LTC. Sehinggga :

LMC =      LTC /    Q .



Kurva Biaya Rata-rata dan Marginal Jangka Panjang.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang menunjukkan biaya produksi rata-rata terendah dalam memproduksi setiap titik output di mana perusahaan dapat membangun pabrik yang paling tepat untuk memproduksi setiap tingkat output.
Jangka panjang sering diartikan sebagai horizon perencanaan (planning horizon) karena perusahaan dapat membangun pabrik yang meminimumkan biaya produksi pada setiap tingkat output yang diharapkan. Sekali pabrik dibangun, perusahaan beroperasi dalam jangka pendek. Sehingga perusahaan merencanakan untuk jangka panjang dan beroperasi dalam jangka pendek.
Grafik hubungan antara kurva biaya rata-rata jangka pendek dan jangka panjang.









Estimasi Empiris Fungsi Biaya.
estimasi empiris fungsi biaya penting untuk mencapai berbagai tujuan keputusan manajerial. Penetahuan tentang fungsi biaya jangka pendek sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat output optimum pada harga yang dibebankan. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka panjang penting dalam perencanaan untuk skala optimum pabrik yang dibangun oleh perusahaan pada jangka panjang dan bagaimana cara yang paling penting untuk mengestimasi kurva biaya jangka pendek maupun jangka panjang.
read more
Template by : kendhin x-template.blogspot.com