Tampilkan postingan dengan label skripsi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skripsi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Februari 2011

Penerapan Model Pengajaran Langsung Dengan Menggunakan Media Sederhana Dalam pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sukamaju kab. Luwu Utara


A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan demikian kualitas pribadi maupun bangsa dan negara pada umumnya ditentukan oleh kualitas proses pendidikanya.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan mutu pendidikan mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dikuasai karena merupakan bagian dari ilmu-ilmu pengetahuan dasar (sains) yang sangat diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam proses belajar mengajar, peran utama guru adalah pengelola pengajaran. Guru dituntut menciptakan hubungan timbal balik antara dirinya dengan siswa dan masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya tercipta interaksi yang positif. Pemilihan dan penggunaan strategi atau model pembelajaran yang sesuai, akan membuat siswa lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajarnya.
SMPN 2 Sukamaju sebagai salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan tentu memiliki juga tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang proses belajar mengajar yang berlangsung, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional. Dimana pada pembelajaran konvensional suasana kelas cenderung teacher – centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak menggunakan alat dan bahan praktik, cukup  menjelaskan  konsep-konsep  yang ada  pada buku ajar atau referensi lain. Siswa hanya disuruh menghayal tentang materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga siswa menjadi bosan dan acuh tak acuh dalam belajar. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Hasil ini sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Trianto  (2010: 5) berdasarkan pada analisis penelitian, bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dipilih suatu model pembelajaran yang dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dengan memperhatikan aspek guru dan keinginan siswa tersebut. Salah satunya dengan menerapkan model pengajaran langsung. 
Model pengajaran langsung adalah model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu, karena siswa secara langsung melihat demonstrasi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat melihat langsung proses  atau cara  kerja suatu benda  yang berkenaan  dengan bahan pelajaran agar siswa tidak hanya menghafal konsep.
 Dalam  menerapkan model pengajaran langsung guru memerlukan media pembelajaran. Namun masalah yang sering ditemukan dilapangan / disekolah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan untuk menggunakan media ? Alasan yang pertama ialah menggunakan media itu repot. Kedua, media itu canggih dan mahal. Ketiga, memang guru itu tidak bisa menggunakan media. Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Kelima, tidak tersedianya media tersebut ditempat mengajar. Keenam, kebiasaan menikmati ceramah / diskusi.  Dari banyaknya alasan tersebut solusinya yaitu dengan menggunakan media sedehana, yang simple, praktis tanpa mengurangi kualitas meteri yang diberikan, dan sebaiknya bisa dilihat jelas oleh sebagian besar siswa di kelas.
Namun penggunaan media sederhana dilakukan jika peralatan laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar. Misalkan saja ketika guru akan mengajarkan bagaimana membaca dan menggunakan alat ukur seperti mikrometer dan jangka sorong maka tidaklah efektif jika hanya didemonstrasikan karena skala kedua alat ini cukuplah kecil dan membutuhkan bantuan media sederhana untuk menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar dan menarik.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil observasi memberikan gambaran kepada peneliti tentang keadaan SMP Negeri 2 Sukamaju. Menurut para guru bidang studi fisika, SMP Negeri 2 Sukamaju, dimana pemahaman fisika siswa sangat lemah, sehingga setiap ada perubahan soal dalam lingkup materi yang sama siswa tetap kesulitan untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Disamping itu kemampuan siswa dalam menganalisis peristiwa atau kejadian sangat lemah, siswa cenderung menghafal, sehingga cepat lupa. Karena alasan itulah sehingga kadang hanya sebagian kecil siswa yang bisa mencapai target ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada tahun ajaran 2009/2010, diketahui bahwa hanya sekitar 68,57% siswa yang tuntas dan 31,43% siswa harus mengikuti remedial.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan  masalah :
1.      Seberapa besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana?
2.      Apakah hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara telah mencapai nilai KKM setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1.     Untuk mengetahui besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara  setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana.
2.     Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana telah mencapai nilai KKM.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :
1.      Bagi Siswa
Menambah minat belajar siswa khususnya pelajaran fisika melalui model pengajaran langsung dengan media sederhana.
2.      Bagi guru
Dapat dijadikan  sebagai salah satu pembelajaran baru dalam upaya peningkatan hasil belajar.
3.      Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam sistem penilaian di sekolah yang tidak hanya mengacu pada satu metode dalam pembelajaran dalam kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan terhadap apa yang dipikirkan untuk dapat diungkapkan dan menyebabkan guru memiliki referensi untuk pembelajaran ke depannya
4.      Bagi Peneliti
Sebagai latihan dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan secara sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan perbandingan dalam referensi khususnya kepada peneliti lain yang akan mengkaji masalah yang relevan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.    Kajian Pustaka
1.      Proses Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang erat kaitannya, bahkan konsep tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena berbicara masalah kegiatan mengajar, maka secara bersamaan ada pihak yang mengalami proses belajar mengajar sehingga sering diakatakan proses interaksi belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya, maka  akan diuraikan masing-masing pengertian belajar mengajar.
ü  Pengertian belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Sagala (2005:37) ”Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”.
L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”.
Selanjutnya Slameto (2003:28) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan untuk memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan, pendidikan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
ü  Pengertian mengajar
Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar. Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik adalah untuk mendapat jawaban tentang apakah mengajar itu ?. Untuk mencari jawaban tersebut, perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. Menurut definisi yang lama bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan terhadap anak didik kita.
Menurut De Queliy dan Gazali yang dikutip oleh ( Slameto, 2003:29) “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat dan tepat”. Selanjutnya  Hartwig Scroder dalam Sahabuddin (2007:13) mendefinisikan mengajar sebagai prosedur mewariskan pengalaman dengan tujuan menyebabkan belajar berlangsung. Pendapat lain dikemukakan William H. Burton dalam Sagala (2005:61) “Belajar adalah upaya memberikan
Penerapan Model Pengajaran Langsung Dengan Menggunakan Media Sederhana Dalam pembelajaran Fisika Pada Siswa  Kelas VII SMPN 2 Sukamaju kab. Luwu Utara
read more

Jumat, 31 Desember 2010

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS II-C SMP NEGERI 22 SEMARANG

ABSTRAK
Purwantoro, Eko. 2005: Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok
Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa Kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang. Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang.
Pembimbing: I. Drs. Amin Suyitno, M.Pd; II. Isnaini Rosyida, M.Si.
Pentingnya kreativitas dalam kehidupan seseorang perlu
dikembangkan. Jika pembelajaran berbasis masalah diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar maka siswa dapat berlatih keterampilan berpikir, keterampilan
pemecahan masalah yang bermakna dan berkualitas sehingga kreativitas siswa
dapat muncul dan berkembang.
Atas pertimbangan di atas maka diambil judul skripsi “Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang”.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas masalah “Apakah
melalui pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan persamaan garis lurus
dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang.”.
Untuk membahas permasalahan di atas, dilakukan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus, masing-masing siklus dengan
tahapan perencanaan, implementasi, observasi, refleksi, diambil data kreativitas
dari observasi sikap kreatif, observasi berpikir kreatif dengan metode observasi tes
dan hasil pekerjaan rumah, dan angket kreativitas yang terdiri dari angket
motivasi, sikap kreatif, berpikir kreatif, minat dan perilaku siswa dalam
pembelajaran. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas II-C SMP Negeri 22
Semarang Tahun pelajaran 2005/2006 yang berjumlah 42 siswa, terdiri dari 17
siswa putra dan 25 siswa putri. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah skor
rata-rata pengamatan berbasis masalah untuk guru ≥ 2,5 dari Skala maksimum 4,
dengan 65% siswa berada dalam kategori kreatif, dan terjadi peningkatan
kreativitas siswa dari siklus I ke siklus II yang dilihat dari peningkatan skor ratarata
dari rata-rata skor observasi sikap kreatif, observasi berpikir kreatif, dan
angket kreativitas.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor rata-rata pengamatan
berbasis masalah untuk guru adalah 2, 2 pada siklus I dan 2, 83 pada siklus II dari
skala maksimum 4, dengan 33, 33% siswa cukup kreatif, 66, 67% siswa kreatif
pada siklus I dan 30, 95% siswa cukup kreatif, 69, 05% s iswa kreatif pada siklus
II, dan skor rata-rata dari rata-rata skor kreativitas siswa adalah 2, 66 pada siklus I
menjadi 2, 76 pada siklus II dari skala maksimum 4.
Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran
berbasis masalah pokok bahasan persamaan garis lurus yang telah dilaksanakan di
kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal
ini dapat terlihat dari skor rata-rata dari rata-rata skor kreativitas siswa dari siklus
I adalah 2, 67 sedangkan pada siklus II adalah 2, 76 dari skala maksimum 4. Saran
dari peneliti adalah guru perlu menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan krativitas siswa, kerja sama siswa, kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan juga membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
BAB 1
PENDAHULUAAN
Alasan Pemilihan Judul
Dalam kehidupan, kreativitas sangat penting karena kreativitas
merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan
manusia. Dengan kreativitas, seseorang dapat melakukan pendekatan secara
bervariasi dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu persoalan. Dengan kreativitas, seseorang dapat menunjukkan
hasil perbuatan, kinerja atau karya, baik dalam bentuk barang maupun gagasan
secara bermakna dan berkualitas.
Dalam tujuan pembelajaran matematika diantaranya untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi atau dugaan,
serta mencoba-coba (Depdiknas, 2004: 6).
Aspek kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah yang
harus dikembangkan ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
dan kreativitas sangat penting sebagai bekal bagi siswa untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungannya.
Agar tujuan pembelajaran matematika dapat terwujud, maka perlu
suatu perencanaan dalam pembelajaran matematika di kelas dan metode
pembelajaran yang sesuai.
1
Dari ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah yaitu, pengajuan
pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerjasama dan menghasilkan karya, maka pembelajaran berbasis
masalah ini sesuai jika diterapkan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
matematika di antaranya aktivitas kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran berbasis
masalah yang di antaranya adalah membimbing penyelidikan individu atau
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Maka dimungkinkan munculnya ideide
siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang
bermakna dan berkualitas sehingga kreativitas siswa dapat muncul dan
berkembang.
Dari hasil wawancara singkat dengan salah satu guru pengampu
pelajaran matematika SMP Negari 22 Semarang yang telah mengamati
perilaku dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
menunjukkan bahwa masih perlu meningkatkan aspek-aspek lain selain hasil
belajar siswa, yaitu salah satunya adalah kreativitas siswa. Oleh karena itu,
SMP Negeri 22 Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian.
Peneliti memilih pokok bahasan persamaan garis lurus karena
materi tersebut banyak sekali hubungannya dengan dunia nyata dalam
kehidupan siswa baik yang disadari maupun tidak, selain itu untuk memahami
materi persamaan garis lurus diperlukan ketelitian dan analisis masalah
walaupun persamaan garis lurus relatif sederhana.
Berdasarkan pentingnya kreativitas seperti yang telah diuraikan,
maka perlu adanya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kreativitas.
Dan berdasar ciri serta tahap pembelajaran berbasis masalah, maka peneliti
memilih pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas
siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pengajaran dengan
menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah pokok bahasan
persamaan garis lurus dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas II-C SMP
Negeri 22 Semarang”.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti melakukan
tindakan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam pengajaran yang dilakukan
2 siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap
implementasi, tahap observasi, dan tahap refleksi.
Penegasan Istilah
Berdasarkan judul di atas maka perlu diketahui dan dipahami
beberapa istilah di bawah ini.
Pembelajaran berbasis masalah
Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi suatu
pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar
disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya dan
peragaan.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk (a) membantu siswa
mengemukakan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah (b) belajar peranan orang dewasa yang autentik dan (c) menjadi
pembelajar yang mandiri.
Pada model pembelajaran berbasis masalah terdapat lima tahap
utama dimulai dengan tahap memperkenalkan siswa pada masalah dan
diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Kreativitas
Perspektif psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatankekuatan
pada diri seseorang sebagai penentu kreativitas, seperti
inteligansi, bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi-disposisi
kepribadian yang lainnya (Supriadi Dedi, 1997: 22).
Inventori kepribadian
Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui kecenderungankecenderungan
kepribadian kreatif seseorang atau korelat-korelat
kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas. Diartikan secara luas
kepribadian kreatif meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan dalam berprilaku (Supriadi Dedi, 1997: 22).
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
peningkatan kreativitas siswa jika diterapkan pembelajaran matematika
berbasis masalah pada siswa kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan kerjasama,
dan kemampuan komunikasi yang dapat melatih dan merangsang
kreativitas siswa.
2. Bagi guru
Mendapat pengalaman langsung meneliti dengan penelitian tindakan kelas
(PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan
profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru dalam mengajar yang
semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi berperan sebagai
fasilitator dan mediator yang dinamis sehingga kegiatan belajar mengajar
yang dirancang dan dilaksanakan menjadi lebih efektif, efisien, kreatif dan
inovatif.
3. Bagi mahasiswa
Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian ini dan diperoleh
suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Pembatasan Penelitiaan
Dalam penelitian kreativitas ini peneliti mengukur kreativitas
berdasarkan dimensi person, yaitu melalui inventori kepribadian kreatif
yang meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaankebiasaan
dalam berperilaku.
Sistematika Skripsi
Skripsi ini disusun menjadi tiga bagian yang meliputi bagian
awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi berisi halaman judul, abstrak, lembar
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar
lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri dari 5 Bab.
Bab 1: Pendahuluan, berisi: Alasan pemilihan judul, rumusan
masalah, pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan dan
manfaat penelitian, pembatasan penelitian serta sistematika
penulisan skripsi.
Bab II: Landasan Teori dan Hipotesis tindakan, Berisi:
Hakikat pembelajaran, pengertian, fungsi dan tujuan
matematika, pembelajaran berbasis masalah, kreativitas, uraian
materi dan hipotesis tindakan.
Bab III: Metode Penelitian, berisi: Lokasi penelitian, subjek
penelitian, indikator kinerja, desain penelitian, prosedur
pengumpulan data, alat pengumpulan data, tehnik
pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: hasil
penelitian siklus 1, hasil penelitian siklus 2 dan pembahasan .
Bab V : Penutup, berisi: kesimpulan hasil penelitian dan saransaran
dari peneliti.
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiranlampiran
yang mendukung skripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hakikat Pembelajaran
Menurut Fortana (dalam Suherman Erman, 2001: 8) belajar adalah
“Proses perubahan individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.”
Sedangkan pembelajaran merupakan penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa
dengan guru di dalam kelas yang menyangkut, strategi, pendekatan, metode,
dan tehnik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas (Suherman Erman, 2001: 8).
B. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Matematika
Akan dijelaskan pengertian matematika, fungsi matematika, dan
tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut.
“Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa
Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.” (Depdiknas, 2004: 5).
Kline (dalam Suherman Erman, 2001: 19) mengatakan bahwa
matematika itu bukanlah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
8
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam.
“Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar
dan trigonometri.” (Depdiknas, 2004: 5).
Tujuan pembelajaran matematika dalam (Depdiknas, 2004: 6)
adalah sebagai berikut.
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan.
C. Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut (Tim Pemakalah, 2004: 10) metode pemecahan masalah
dipandang sebagai suatu metode yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi
dari para siswa. Suatu soal matematika dapat dipandang sebagai masalah jika
(1) siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk menyelesaikan soalnya (2)
soal terjangkau oleh siswa (3) siswa belum tahu cara menyelesaikannya, (4)
siswa punya keinginan menyelesaikan soal tersebut.
1. Masalah dan Pemecahan Masalah.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong
seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung
apa yang harus dikerjakan untuk mengerjakannya. Jika suatu masalah
diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui
cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai masalah.
Untuk memperoleh kemampuan dalam memecahkan masalah,
seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan
berbagai masalah.
Menurut Polya (dalam Suherman Erman, 2001: 81), dalam
memecahkan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan
yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan masalah, (3)
menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah kedua, dan (4) memeriksa
kembali hasil yang diperoleh.
2. Ciri-ciri khusus pembelajaran berbasis masalah.
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang dua-duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dirancang
benar-benar nyata, agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah
tersebut dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk
menganalisis dan mendifinisikan, mengembangkan hipotesis, dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk/karya
Dalam pembelajaran brbasis masalah siswa dituntut untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak
dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan.
e. Kerja sama
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk
bekerja sama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil.
3. Tujuan belajar dan hasil belajar
a. Keterampilan berpikir dan pemecahan masalah.
b. Pemodelan peranan orang dewasa.
c. Pembelajaran yang otonom dan mandiri.
4. Sintak (alur proses)
Sintaks (alur proses) pembelajaran berbasis masalah
biasanya terdiri atas 5 tahap (Ibrahim Muslimin, 2001: 13) yang secara
rinci disajikan sebagai berikut.
Tahap

untuk lebih lanjut bacanya silahkan download aja yah..................!!!!!
DOWNLOAD
read more

skripsi jurusan matematika pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Pembelajaran matematika di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama selalu mengacu dan berorientasi pada kurikulum/GBPP Matematika yang dikeluarkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis dalam mengajarkan mata pelajaran matematika ternyata sampai saat ini hasil belajar matematika siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto nilai rata-rata kelasnya masih kurang. Kurang berhasilnya siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto ini dalam pelajaran matematika adalah kurangnya minat atau gairah belajar dalam mengikuti pelajaran mtematika. Hal dapat di amati dari kurang diperhatikannya alat-alat pelajaran yang mendukungnya antar lain mistar, jangka, busur derajat atau buku paket (Buku Pegangan Siswa) dan, pensil serta penghapus. 
Apabila di berikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dari 34 orang siswa, yang mengerjakannya hanya 10 – 15 orang dan mengumpulkan di meja guru untuk diperiksa dan diberikan nilai. Hal ini juga merupakan suatu tanda bahwa gairah atau minat belajar matematika siswa masih kurang, tidak lebih dari 50% dari seluruh siswa. Kerana kurangnya minat atau gairah belajar maka bila mengikuti proses pembelajaran ada materi – materi yang belum dimengerti tidak mau bertanya kepada guru. Dengan demikian semakin banyak materi – materi yang tidak diketahui karena materi yang satu selalu berkaitan atau menjadi dasar materi-materi selanjutnya. Oleh karena itulah, tidak dipungkiri lagi hasil belajar masih rendahdan tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan oleh guru.

B.     PERMASALAHAN
Berdasarkan atas latar belakang tersebut diatas maka masalah pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto dalam pembelajaran matematika, belum sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan guru.

C.    CARA PEMECAHAN MASALAH
Masalah tentang kurangnya minat atau gairah siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto dalam memepelajari mata pelajaran matematika serta kurangnya hasil belajar matematika, maka akan dilakukan langkah-langkah sebagai solusi dalam pemecahannya yaitu dengan menyampaikan tujun pembelajaran khusus pada setiap awal pembelajaran serta pemberian kuis pada setiap akhir pembelajaran.

D.    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
a.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan tersebut diatas maka tujuan pada penelitian ini adalah:
  1. untuk memberi motivasi kepada siswa dalam belajar matematika dengan menyampaikan tujuan khusus pembelajaran pada setiap awal pembelajaran dan pemberian kuis pada setiap akhir pembelajaran.
  2. Meningkatkan kualitas siswa dalam belajar matematika.
  3. Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar.
  4. Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
  5. Sebagai bahan alternatif bagi rekan-rekan guru atau bagi peneliti sendiri dalam mengajarkan matematika pada siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto.
b.      Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dari pelaksanaan  penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan ataupun bagi institusi:
  1. Bagi guru : dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, guru dapat sedikit demi sedikit mengetahui strategi pembelajaran matematika yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas. Dengan demikian permasalah yang dihadapi guru atau siswa maupun hal-hal yang lain dapat diatasi. Disamping itu, dengan penelitian tindakan kelas ini guru akan terbiasa mengadakan penelitian di kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.
  2. Bagi siswa: Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang bermaslah dalam mengikuti setiap proses pembelajaran matematika sehingga hasil belajarnya lebih dapat ditingkatkan.
  3. Bagi sekolah: hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di SLTP Negeri 2 Jeneponto
BAB II
KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A.    KERANGKA TEORETIK
1.      Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup yang utama bagi setiap insan yang hidup di muka bumi ini. Dalam perkembangannya, setiap manusia pasti mengalami apa yang dikatakan dengan belajar. Pengertian belajar memang beraneka ragam, namun beberapa orang ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar antara lain Hudoyo (1990:1-2) mengemukakan pendapatnya bahwa:
“Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dimodifikasikan dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu, menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku”.

Dengan demikian dapat diamati bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu perubahan tingkah laku yang kelihatan atau nampak.
Nasution (1986:38-39) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar:
a.       Belajar adalah penambahan pengetahuan, defenisi ini banyak dianut di sekolah-sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat mengumpulkannya, sering belajar disamakan dengan menghafal.
b.      Belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa seseorang telah belajar apabila dalam dirinya itu telah terjadi penambahan pengetahuan berkat adanya pengalaman dan latihan-latihan.
Dari pendapat kedua ahli tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila dalam dirinya itu telah terjadi perubahan tingkah laku  yaitu penambahan pengetahuan berkat adanya proses kegiatan berupa pengalaman dan latihan-latihan.

2.      Pengertian Matematika
Hudoyo (1990 :1-2) mengemukakan pendapatnya tentang matematika bahwa:
a.       kalau kita telaah matematika itu, tiak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya melainkan juga unsur-unsur ruang sebagai sasarannya.
b.      Dengan sasaran dan penelaahan matematika kita dapat mengetahui hakekat matematika sekaligus kita ketahui cara berfikir matematika itu.

Sasaran penelaahan matematika itu tidaklah konkrit tetapi abstrak. Selaras dengan pendapat tersebut di atas maka matematika itu adalah suatu ilmu yang tidak saja berhubungan dengan bilangan-bilangan, melaikan suatu ilmu yang tersususn secara teratur, sistematik penuh memuat gagasan atau ide-ide yang abstrak sehingga perlu dipelajari terus menerus dan berkesinambungan karena materi yang satu merupakan dasar atau landasan untuk mempelajari materi berikutnya.
Seseorang dalam belajar khususnya dalam belajar matematika agar supaya apat mencapai hasil yang maksimal maka sebaiknya para pemberi  pelajaran dalam hal ini guru, dari awal telah merencanakan suatu bentuk pembelajaran yang beraneka ragam agar supaya tujuan yang telah dirumuskannya dapat dicapai sebagai seseorang guru perlu kita menyadari bahwa hasil pembelajaran yang telah dimiliki oleh siswa akan menjadi dasar atau bekal untuk belajar matematika selanjutnya pada jenjang yang lebih tinggi.

3.      Pengertian Hasil Belajar
Hudoyo (1990 :139) mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar bahwa:
“Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting. Di dalam belajar ini, terjadi  proses berfikir. Seseorang dikatakan berfikir bila orang itu malakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut. Dalam kegiatan mental itu orang menyususn hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, inilah yang merupakan hasil belajar”.


Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila orang tersebut telah melakukan kegiatan-kegiatan mental sehingga ia mampu menguasai hubungan antara bagian-bagian informasi-informasi yang telah diperoleh dan dapat memahami serta menguasai bahan-bahan yang dipelajari sehingga ia mampu menampilkannya dalam perilakunya sehari-hari. Dengan demikian orang lain dapat melihat adanya perubahan tingkah laku akibat adanya kegiatan-kegiatan mental.



4.      Pengertian Tujuan Pembelajaran Khusus
Mohamad Ali (1987: 32) mengemukakan bahwa:
“Dalam sistem pengajaran tujuan adalah arah dan sasaran yang dituju. Suatu sasaran harus jelas menggambarkan suatu keadaan. Jadi tujuan pengajaran harus bisa memberikan gambaran secara jelas tentang perilaku yang diharapkan dapat dimiliki. Oleh karena itu harus merupakan suatu rumusan yang bersifat sempit dan spesifik (khusus). Namun demikian kekhususan hanya digali atau dikembangkan dari perumusan bentuk perilaku yang bersifar umum”.

Jadi tujuan pembelajaran khusus adalah suatu rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang sifatnya sempit dan spesifik (khusus) dan merupakan gambaran bentuk perilaku yang jelas dan dapat diamati. Dengan demikian setiap tujuan merupakangambaran bentuk perilaku yang dapat diamati denga jelas yang sifatnya khusus dan dapat dievaluasi. Tujuan pembelajaran khusus dapat diartikan sebagai rumusan tujuan yang berisis kualifikasi khusus yang diharapkan dimiliki oleh setiap siswa (murid) setelah selesai mengikuti kegiatan proses belajar mengajar tertentu. Tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan yang hendak dicapai guru  setiap kali mengajar.

5.      Pemberian Kuis
Dalam kamus umum Bhasa Indonesia “Kuis” berarti pertanyaan untuk menguji yang dilakukan secara lisan ataupun secara tertulis yang singkat, seperti biasa dilakukan pada acara hiburan dalam radio dan televisi yang berbentuk perlombaan adu kecepatan dalam menjawab pertanyaan untuk memperebutkan hadiah. Dalam majalah berupa daftar pertanyaan-pertanyaan sederhana yang berhadiah dan kadang-kadang mengundanfg unsur-unsur promosi barang. Pemberian kuis pada setiap akhir proses pembelajaran matematika yang dimaksudkan adalah pemberian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan diberikan 15 menit menjelang proses belajar mengajar berakhir yang disesuaikan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan pada saat itu (pada setiap pertemuan). Hasil pembelajaran siswa dalam menjawab atau mengerjakan soal-soal kuis dikumpul dan diperiksa kemudian diberi nilai disertai dengan komentar atau catatan pembetulan yang salah kemudian dikembalikan lagi pada siswa.

B.     HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka teoretik tersebut, maka hipotesis tindakan pada penelitian  ini adalah jika pada setiap awal proses pembelajaran disampaikan tujuan pembelajaran khusus dan pemberian kuis pada akhir pembelajaran, maka hasil belajar siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto mengalami peningkatan.
 
BAB III
METODE PENELITIAN


A.    JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (clasroom action research) yang pelaksanaannya menjadi 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Melaksanakan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

B.     LOKASI PENELITIAN DAN SUBJEK PENELITIAN
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SLTP Negeri 2 Jeneponto Kelas I1 dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki. Alasan pemulis mengambil subjek peneitian kleas I1 adalah kelas ini relatif homogen dalam hal nilai matematika pada semester pertama.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua dengan alasan karena pada semester ini siswa telah menyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk guru dan teman-temannya serta mengacu untuk kenaikan kelas.

C.    PROGRAM KERJA PENELITIAN
Prosedur kerja pada penelitian ini dirancang pelaksanaannnya dalam dua siklus yakni:
Siklus I            : (4 minggu)
Siklus II          : (4 minggu)
Adapun jumlah pertemuan tiap minggu 3 kali pertemuan. Jadi setiap siklus ada 12 kali pertemuan, dan tiap pertemuan waktunya selama 2 x 45 menit.
Secara rinci prosedur kerja penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.      Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a.       Telaah kurikulum/GBPP matematika kelas I SLTP
b.      Membuat lembar observasi, hal ini untuk mengetahui minat dan gairah serta keaktifan dalam mengikuti proses belajar matematika
c.       Merumuskan tujuan pembelajaran khusus dan membuat kuis, hal ini juga digunakan untuk mengetahui minat dan gairah siswa dalam belajar matematika sekaligus untuk mengevaluasi setiap proses pembelajaran setiap pertemuan.
d.      Membuat angket, hal ini dilakukan untuk mengetahi pendapat dan tanggapan dan saran-saran dari siwa tentang metode serta cara mengajar yang diterapkan oleh guru pada saat mengajar matematika.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
3.      Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi adalah mengadakan observasi terhadap situasi dan kondisi belajar siswa di dalam kelas antara lain:
a.       Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran
b.      Jumlah siswa yang tidak mencatat TKP
c.       Jumlah siswa yang tidak membawa buku paket serta alat pembelajaran
d.      Jumlah siswa yang bertanya dan mengerjakan soal di papan tulis
e.       Jumlah siswa yang mengerjakan PR dan mengumpulkan di meja guru.
Semua ini dicatat pada pada lembar observasi
4.   Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis dan dari hasil yang diperoleh, guru dapat menrefleksikan diri dengan melihat data observasi, apakah yang dilakukan sudah dapat memotivasi siswa atau belum. Dalam hal ini apakah sudah nampak minat atau gairah belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika lebih baik dari sebelumnya. Refleksi yang dilakukan pada tahap ini akan  dipergunakan untuk bahan acuan pada pelaksanaan siklus berikutnya.
Sesuai dengan hakeket tindakan, maka sisklus kedua merupakan perbaikan siklus pertama dan begitu seterusnya. Gambaran kegiatan siklus I (pertama).
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui penyampaian tujuan pembelajaran khusus dan pemberian kuis pada akhir pembelajaran siswa kelas I SLTP Negeri 2 Jeneponto. Penyampaian tujuan pembelajaran khusus disampaikan setiap awal periode pembelajaran pada setiap pertemuan dan diakhiri dengan pemberian kuis 15 menit menjelang proses pembelajaran berakhir. Untuk lebih jelasnya kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
UNTUK LEBIH LANJUTNYA SILAHKAN DOWNLOAD AJA YAH
DOWNLOAD
read more
Template by : kendhin x-template.blogspot.com