Sabtu, 18 Desember 2010

IDENTIFIKASI POLA PIKIR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA


I.            PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Apapun kelainan yang dipunyai oleh seseorang, pada dasarnya mereka adalah sama seperti kebanyakan orang. Didalam tubuh mereka terdapat proses kimia yang sewaktu waktu dapat menjadi tidak seimbang sehingga perilaku mereka berubah. Neuro-transmittal mereka menjadi tidak seimbang sehingga membuat mereka menjadi tidak dapat mengendalikan diri, terobsesi, depresi, maniak dan labil. Seperti kebanyakan orang mereka dapat pula mengembangkan pola pikir/ persepsi yang dapat bermanfaat ataupun merugikan mereka sendiri. Untuk dapat membaca pola pikir seseorang, kita tidak selalu memerlukan bahasa verbal. Ada yang namanya bahasa perilaku. Tanpa disadari lingkungan sekitar kita dapat membentuk pola pikir negatif yang dapat merusak diri sendiri. Seseorang dapat menjadi marah atau depresi karena berbagai macam faktor seperti faktor sosial, keadaan emosi, cara berkomunikasi, perilaku, melakukan diet dan minum suplemen / obat-obatan.  Pola berpikir seseorang biasanya mengikuti cara pola berpikir kebanyakan orang yaitu pola pikir mengejar perhargaan/ membela diri/ membuat alasan2/ mengucilkan diri, dll. Topik ini saya kemukakan dengan harapan dapat merubah total pola pikir seseorang. Untuk ini diperlukan banyak bantuan hypotherapy. Seperti-nya cara "konsultasi" tidak akan banyak membantu merubah pola pikir seseorang yang cenderung menyukai/kecanduan untuk memanifestasikan pola pikir lama mereka. Dan jika ini tidak memungkinkan maka diperlukan cara untuk "mengatur" respon lingkungan sekitar dengan cara meng-konfrontasikan-nya sehingga dapat merubah pola pikir yang negatif secara tidak langsung. Tentu bagi beberapa orang, mereka dapat melakukannya dengan cara diet dan mengkonsumsi obat-obatan tapi dengan syarat harus merubah total lingkungan sekitar sehingga dapat memancing timbulnya perubahan pola pikir dan juga penting orang tersebut harus punya niat yang kuat untuk merubah pola pikir lama mereka. Berikut ini adalah ringkasan yang saya tulis dengan harapan dapat anda pakai untuk menolong orang lain. Pola pikir kiita melihat banyak orang terpengaruh pada berbagai macam pola pikir. Pola pikir dapat pula mempengaruhi orang yang "non-verbal". Pola pikir adalah kecenderungan manusiawi yang dinamis, ia dapat mempengaruhi siapa saja; ia dapat membantu kita, dapat pula merugikan kita. Ada orang dengan pola pikir perfeksionis. Kita menilai diri kita begitu tajam sehingga sekilas kita tidak berani mencoba sesuatu yang tidak kita kuasai dengan sangat sempurna. Ada orang dengan pola pikir obsesif, mengingat terus menerus sesuatu yang menakutkan kita sehingga kita menteror diri sendiri sampai rasa takut itu menjadi jauh lebih besar dari diri kita sendiri dan akhirnya kita berhenti sambil meyakini bahwa semuanya adalah malapetaka.  Ada juga orang dengan pola pikir pesimis. Kita meyakini bahwa kita telah dikutuk. Bagaimanapun kerasnya kita berusaha tapi yang datang selalu hal hal buruk. Kitapun tidak mampu melihat atau peduli akan keberhasilan kita karena kita memilih untuk hanya melihat pada kegagalan kita. Ada orang dengan pola pikir bergantung pada orang lain. Kita sangat ingin untuk bebas tapi dilain pihak kita merasa bahwa hanya orang lain yang dapat menyelamatkan kita. Kita berpikir bahwa mereka mencintai kita karena mereka telah menyelamatkan kita. Kita merasa takut kehilangan hubungan baik yang telah lama dibina. Kita mendambakan kebebasan tapi kita sangat merasa tidak aman jika tidak bergantung pada mereka; takut mereka akan menelantarkan kita.  Ada orang dengan pola pikir "saling membutuhkan". Kita memfokuskan diri untuk mencintai orang lain dan membuat orang yang dicintai menjadi bergantung pada kita dengan mencurahkan segala perhatian dan perasaan cinta kita kepadanya. Yang dicintai merasa orang lain tidak dapat mencintai-nya kecuali kita, Pada akhirnya orang yang kita cintai merasa tidak berdaya Ada orang dengan pola pikir membenci diri sendiri / suka melukai diri sendiri. Kita membuat diri kita sendiri menjadi seorang pesimis lalu melakukan hal yang sama pada orang lain. Tetap bertahan untuk tidak merubah diri bahkan mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti bahwa akan ada sesuatu yang berbahaya apabila kita keluar dari pola pikir yang lama. Ada orang dengan pola pikir birokrat/dogmatik, memaksakan kehendaknya untuk mengikuti aturan dan merasa kita yang paling tahu segalanya
Tapi kita juga dapat mempunyai pola pikir yang baik dan konstruktif. Kita dapat memiliki pola pikir yang optimistis. Kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Semua dapat dilakukan secara bertahap, biar lambat asal selamat maka kita akan berhasil melakukan sesuatu yang teramat sulit Kita juga dapat memilih pola pikir seorang yang realistis. Dapat mengalahkan rasa takut dan hal-hal negatif dan melihat sesuatu tanpa menggunakan emosi lalu membuat rencana secara bertahap dengan penuh rasa percaya diri  Kita juga dapat mempunyai pola pikir Taoisme. Bahwasanya hitam tidak selalu jelek dan putih tidak selalu baik. Sesuatu yang jelek dapat sangat bermanfaat jika ada pada situasi yang tepat. Bahwa sesuatu yang kelihatan-nya baik mungkin dapat mencelakakan kita. Selalu berada dijalur tengah, berjalan dengan sendirinya tanpa diatur, tanpa emosi, menerima apa adanya tanpa penyesalan Ini merupakan cara terbaik untuk meraih kebahagiaan. Yang perlu kita pikirkan atau kuatirkan adalah saat sekarang ini, menit ini, detik ini, bukan kemarin ataupun esok hari. Semua langkah kita dapat dilakukan dengan benar jika kita tidak merasa putus asa dan tidak terlalu memikirkan hal-hal menakutkan yang belum terjadi atau memikirkan bahwa kita akan gagal. Jika kita dapat memfokuskan diri kita pada saat sekarang maka kita akan dapat jauh lebih sukses. Kita juga dapat mempunyai pola pikir seorang yang mandiri. Tidak terlalu memikirkan perasaan orang lain sehingga orang lain dapat merasa bebas. Kita semua dapat menggali kemampuan diri secara bertahap sesuai kemampuan masing-masing tanpa harus mempunyai perasaan bersalah, rasa malu ataupun rasa terbebani. Setiap saat kita dapat menentukan pilihan untuk merubah pola pikir apakah kita akan tetap dengan pola pikir yang positif atau pola pikir yang negative Pola pikir yang merusak diri ternyata dapat dirubah sehingga kita dapat bekerja dengan lebih baik, dapat menguatkan sesama, pemaaf, mandiri, dapat mengekspresikan diri dan punya cita-cita.
“Identifikasi pola pikir siswa kelas XI SMA negeri 1 Bontobahari dalam pembelajaran fisika”.
B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “berapa persen pola pikir siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari dalam pembelajaran fisika?”
C.          Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pikir siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari dalam pembelajaran fisika.
D.          Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.            Sebagai bahan masukan bagi guru-guru fisika SMA tentang pola pikir siswa dalam pemelajaran fisika
2.            Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa atau calon peneliti tentang pola pikir siswa dalam pembelajaran fisika

II.         TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.          Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian pola pikir
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai: 1) tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, dan 2) proses seseorang mengetahui suatu hal melalui panca indranya atau daya untuk memahami suatu dengan jelas dan cermat.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan tanggapan seseorang terhadap sesuatu objek atau peristiwa yang diterima melalui panca indaranya kemudian diterjemahkan dan di ambil kesimpulan agar dapat bermakna dalam konteks lingkungannya.
2.      Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi
Menurut Slameto (1991: 105-107) ada lima prinsip dasar persepsi yaitu:
a.         Persepsi itu relatif bukannya absolute
Manusia bukanlah instumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan ransangan lebih daripada ransangan yang dating kemudian.
b.        Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan yang ada disekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa ransangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah diketahui, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Jadi dikatakan bahwa keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima ransangan.
c.         Persepsi itu mempunyai tatanan
Setiap orang menerima ransangan dengan cara berbeda, yang akan diterimanya dalam bentuk hubungan atau kelompok-kelompok. Jika ransangan itu datangtidak lengkap, mereka akan melengapinya sehingga hubungan itu menjadi lebih jelas.
d.        Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang dipilih untuk diterima. Selanjutnya bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan.
e.         Persepsi seseorang atau kelompok dapat berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54).
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga factor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu :
a.         Faktor diri yang bersangkutan
Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern atau karakteristik pribadinya sangat menentukan persepsi yang dibentuk.
b.         Faktor sasaran persepsi (stimulus)
Sasaran itu berupa benda, orang, proses, peristiwa dan lain-lain ikut juga menentukan persepsi atau tanggapan yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing sasaran atau objek tersebut memiliki sejumlah karakteristik tertentu.
c.         Faktor situasi
Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga akan berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk temakud yang didalamnya pengertian situasi ini antara lain : tempat, waktu, suasana (sedih/gembira), cahaya dan lain-lain.
4.      Tinjauan Umum Tentang Hakikat Sains-Fisika
Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan. Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak mendiskusikan tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan biologi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan Sains di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan pembelajaran. Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains dan pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan. Hakikat fisika sama halnya dengan hakikat Sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sains.
Tujuan Sains adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari bagaimana aturannya, memecahkan keteraturan yang ada dari partikel-pertikel subnuklir yang mungkin membawa komponen utama semua materi, ke makhluk hidup, komunitas sosial manusia, dan kemudian kosmos secara keseluruhan. Persepsi kita mungkin mengalami distorsi oleh latihan dan praduga atau bahkan karena keterbatasan indera kita yang tentu saja menerima secara langsung tetapi hanya sebagian kecil dari gejala alam. Sains didasarkan atas eksperimen, pada kemauan untuk menantang dogma lama, pada keterbukaan untuk melihat alam semesta seperti apa yang sesungguhnya. Serta merta Sains kadangkadang membutuhkan keberanian paling tidak keberanian untuk mempertanyakan kebijaksanaan konvensional.
Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah
sebagai berikut.
a.         Sains adalah organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita mempelajari alam.
b.         Sains adalah bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu berkembang).
c.         Sains adalah sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah sebuah proses).
a.         Sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses
5.          Sains adalah upaya-upaya kompetitif.
Popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung dengan prestise orang yang menemukan pengetahuan itu.
Kemudahan seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan secara langsung dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan (program penelitian dll) dengan paradigma pengetahuan yung satu dengan yang lainnya.
Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran fisika bertujuan agar eserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.         Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b.        Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
c.         Engembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengelolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
d.        Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsif fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif
e.         Menguasai konsep dan prinsif fisika serta mempunyai ketermpilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Depdiknas 2006)
a.        Cara Mengajar Guru
Mengajar bukanlah suatu tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok anak yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Seseorang guru harus dapat merangsang terjadinya poses berpikir, membantu tumbuhnya sikap kritis dan mengubah pandangan anak didiknya. Untuk itulah seorang guru perlu mengetahui tentang proses belajar mengajar, pelajaran dan sekaligus menguasainya serta memahami anak didiknya. Bahkan diharapkan mampu menyiapkan dan mendesain bahan pelajaran, memberi tugas-tugas, dan menilai hasil belajar anak didiknya.
b.             Metode Pembelajaran
Metode   pembelajaran   digunakan   oleh   guru   untuk   mewujudkan   suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau  seperangkat  indikator  yang  telah  ditetapkan.  Pemilihan  metode  pembelajaran disesuaikan  dengan  situasi  dan  kondisi  peserta  didik,  serta  karakteristik  dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
c.              Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala macam sumber yng ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang meungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar mengajar. Di lingkungan sekolah kit belajar sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu dari lingkungan sekitar kita dari dosen, guru, teman sekels, buku, laboatorium, perpustakaan dan lain-lain. Di luar sekolah kita banyak beljar pula dari orang tua, saudara, teman, tetngga, tokoh masyarakat, majalah, buku, Koran, radio, televisi, film atau dari pengalaman peristiwa atau kejadan-kejadian tertentu.
Sumber-sumber belajar itulah yang memungkinkan kita berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengertidan dari tidak terampil menjadi terampil. Karena sumber-sumber itu pula kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang terlarang. Dari sumber-sumber itulah kita mendapatkan sikap-sikp atau norma-norma tertentu. Sumber-sumber itulah yang kita namakan sumber belajar.
B.       Kerangka Pikir
Mengajar untuk membuat siswa belajar adalah suatu pekerjaan profesional yang tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik tanpa disertai pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut. Seseorang guru yang akan berupaya untuk membuat siswanya belajar dengan baik khususnya belajar sains/fisika, selain harus menguasai materi fisika/sains dengan baik, mereka harus pula mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara kerja otak sebagai pusat pengelola informasi, tingkat kemampuan berpikir siswa, dan tujuan mata pelajaran yang diinginkan.
Seorang guru yang memahami tujuan mata pelajaran sanis fisika yang akan diajarkan akan mempunyai peluang yang besar untuk membelajarkan siswanya, karena dengan memahami tujuan tersebut iya dapat membuat perencanaan yang matang termaksud didalamnya menentukan strategi yng digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Memahami tujuan pembelajaran dengan baik akan memudakan guru untuk menentukan materi, ala-alat dan bahan yang dibutuhkan selama pembelajaran, tugas-tugas yang perlu diberikan kepada siswa untuk melengkapi kegiatan tahap muka dikelas, dan yang tak kala pentingnya adalah memudhkan guru untuk menentukan dan membut instrument untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran
C.           Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut “pola piker siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari dalam pembelajaran fisika masih dalam kategori sedang”.

III.         METODE PENELITIAN
A.     Variabel  Penelitian
Variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari terhadap pembelajaran sains fisika.
B.     Definisi Operasional Variabel
Persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari terhadap pembelajaran sains fisika adalah tanggapan siswa terhadap pembelajaran sains fisika di SMA berupa skor yang diperoleh berdasarkan hasil pemberian angket dengan indikator yaitu materi sains fisika, cara mengajar guru, metode pembelajaran dan sumber belajar.


C.     Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari tahun ajaran 2010/ 2011 yang terdiri dari empat kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling.
D.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angket atau koesioner. Angket atau kuesioner digunakan dengan maksud untuk memperoleh informasi tentang gambaran umum persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari terhadap pembelajaran sains fisika dengan mengajukan sejumlah pertannyaan yang harus diisi oleh siswa sebagai responden. Angket ini dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang menunjukkan persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bontobahari terhadap pembelajaran fisika.
E.       Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan statistuk deskriptif dalam hal teknik persentasi dimana semua data yang diperoleh dikelompokkan menurut pilihan jawaban. Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan skor respondeng.




DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan Press

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM

Khaeruddin dan Akib, Erwin. 2006. Metodologi Penelitian. Makassar: CV Berkah Utami

Natsir. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika. Makassar: Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassa

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT. Transito
Sumadi Suryabrata. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana




0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com