Jumat, 31 Desember 2010

laporan PKL BMG FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR untuk data gempa, curah hujan dan petir


BAB I
PENDAHLUAN


A. Latar Belakang
            Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai tingkat kegempaan yang tinggi. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di antara 3 lempeng tektonik besar, masing-masing lempeng Indo-Australia, lempeng Euarasia dan lempeng Pasifik. Ketiga lempeng ini merupakan generator utama aktifitas gempabumi di Indonesia. Akibat pergerakan ketiga lempeng tersebut banyak ditimbulkan sesar atau patahan lokal yang merupakan generator aktivitas gempabumi kedua.
            Dalam menetukan lokasi sumbar gempa diperlukan data pencatatan waktu tiba gelombang di stasiun-stasiun pemantau gempa yang membentuk suatau jaringan. Ketelitian penetuan lokasi sumber gempa akan sangat tinggi jika pusat gempa terletak dalam jaringan maka kesalahannya makin kecil.
            Untuk memonitoring gempabumi, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang  bertugas untuk  memonitoring aktivitas gempabumi yang tersebar diseluruh  wilayah Indonesia. Sesuai dengan cara pengumpulan datanya, stasiu-stasiun tersebut dikelompokkan menjadi dua jaringan yaitu jaringan non telemetri sebanyak 28 stasiun dan jaringan telemetri sebanyak 35 stasiun. Ketelitian dan kecepatan pemberian informasi tentang telah terjadinya gempabumi sangat tergantung pada konfigurasi dan kerapatan sensor seismik.
            Mulai tahun 1990 sampai dengan saat ini pada 10 stasiun seismograph dari 28 stasiun telah ditingkatkan menjadi 3 komponen periode pendek termasuk Stasiun Geofisika Kelas II Gowa. Salah satu kegiatan Stasiun Geofisika Kelas II Gowa adalah memantau dan memonitoring aktivitas gempa yang kemudian dilaporkan ke BMKG pusat dan BMKG wilayah IV Makassar setiap 3 jam sekali melalui pusat IP, faxcimile dan sarana telekomunikasi lainnya, bersama-sama dengan data metereologi lainnya.
B. Identifikasi Masalah
            Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan pokok permasalahan seperti:
  1. Bagaimana menentukan parameter-parameter gempabumi di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa?
  2. Bagaimana cara pengamatan yang benar dari parameter-parameter gempabumi di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa?
C. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui cara menentukan parameter-parameter gempabumi di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa.
  2. Untuk mengetahui cara pengamatan yang benar dari parameter -parameter gempabumi di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa.
  3. Untuk mengetahui cara pengamatan yang benar dari unsur – unsur petir di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa





BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR


A.  Letak Geografis
Adapun letak geografis Stasiun Geofisika Kelas II Gowa, yaitu terletak pada koordinat 05,2 Lintang Selatan 119,5 Bujur Timur dengan ketinggian 28 meter di atas permukaan laut, dan kantor terletak di Jalan Poros Malino km 2.
B.  Nama Kantor
Stasiun Geofisika Kelas II Gowa Makassar.
C.      Sejarah Singkat
Stasiun Geofisika Kelas II Gowa Makassar yang berlokasi di Jalan Poros Malino km 2, Panggentungan, Desa Tamarunang Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa Sulawasi Selatan didirikan pada tahun 1969. namun secara resmi dilaporkan ke USGS ( United State Geological Survey) Amerika Serikat mulai pada tanggal 1 juni 1970 dan masuk kedalam jaringan stasiun seimologi dunia dengan kode stasiun MKS. Dibangunnya stasiun geofisika ini sebagai tindak lanjut dari terajadinya gempa kuat yang mengakibatkan kerusakan di sekitar Majene atau lebih dikenal dengan Gempa Tinambung pada tanggal 11 april 1967 dengan korban jiwa sebanyak 58 orang meninggal dunia dan ratusan orang luka-luka serta 13 orang dinyatakan hilang. Sebelumnya juga pernah terjadi gempa yang mengekaibatkan 7 orang meniggal dunia dan 11 orang luka-luka di daerah Pinrang pada tanggal 9 Januari 1964.
Peralatan pencatat gempabumi yang pertamakali dioperasikan di Stasiun Geofisika Kelas II Gowa Makassar adalah seismograf fotografik sprengnethet 3 komponen, kemudian pada bulan November tahun 1975 dipasang visiual seismograf periode pendek type SPS-1 komponen vertical buatan Kinemetrics Amerika Serikat yang merupakan bagian dari jaringan seimologi regional Asia Tenggara, Peralatan tersebut merupakan bantuan dari UNESCO_UNDP. Pada tahun 1978 dipasang pula pencatat gempa kuat strongmotion Accelerograf type SMA-1, tidak beroperasi sejak tahun 1992 sedangkan portable seismograf PS-1A juga mengalami kerusakan.
Pada tanggal 15 Januari 1997 telah dioperasikan visual seismograf periode pendek 3 kompenon type SPS-3, sedangkan visual seismograf type SPS-1 telah dipindahkan ke Stasiun Geofisika Kendari Sulawesi Tenggara sejak tanggal 11 Maret 2000. Jadi saat ini Stasiun Geofisika kelas II Gowa Makassar melakukan pengamatan gempabumi ,Percepatan Tanah dan Listrik udara .
Peralatan komunikasi yang dilakukan saat ini adalah telepon dan fax mail type HP Offieejet 7210. Saat ini stasiun Stasiun Geofisika kelas II Gowa Makassar beroprasi 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu kecuali kegiatan administrasi hanya 5 hari dalam seminggu, dengan dukungan 11 tenaga operasional 3  orang lulusan D.III. Geofisika, 7 orang Lulusan Sarjana Sain , 1 orang lulusan Sarjanan Sain mengikuti S 2 di ITB Bandung dan 1 Orang S1 Mengikuti Suami tugas di Stasiun Geofisika Bandung,  serta Empat orang tenaga administrasi.
Pada hari minggu 16 September 2001 sekitar jam 19.15 wita stasiun Stasiun Stasiun Geofisika kelas II Gowa Makassar mengalami musibah kebakaran yang menghabiskan sejumlah peralatan operasional dengan gedung serta arsip- arsip seismogram sprengmether dan SPS-3, sedangkan seismological bulletin(hasil bacaan dan analisa sejak tahun 1980 s/d 2000 masih ada, demikian juga data curah hujan harian sejak tahun 1972 hingga saat ini masih ada). Sejak tanggal 2 oktober 2001 Stasiun Geofisika kelas II Gowa Makassar beroperasi kembali dengan peralatan portable seismograf type PS-2 pinjaman dari kantor balai wilayah IV kemudian mendapatkan kiriman seismograf SPS-1 dari Jakarta, karena mengalami kerusakan portable seismograph PS-2 di kantor Bawil IV. Sejak akhir Desember 2003 telah diserahkan peralatan pengamatan gempabumi baru buatan NANOMATRICS CANADA berupa satu set Digital Broad Band Seismograf 3 komponen dengan Seismometer Trillium, Digitisernya Trident dan Janus sebagai communication controllernya serta 1 set digital strong Motion Accelograph 3 komponen type SMR-4000 yang dilengkapi dengan dua set alat pengolah  data ( computer advance dengan software  atlas untuk penetuan episenter  dan computer HP untuk pengolahan strong motion  accelerograph dengan program Dadis serta sebuah laptop Toshiba) sedangkan PC Drum berupa computer dengan merek IBM, sebuah peralatan tersebut mulai beroperasi secara maksimal pada bulan januari 2004.
Stasiun Geofisika Klas II Gowa, pertama kali dipimpin oleh almarhum bapak Kadenan dari tahun 1969 s/d 1983, karena sakit beliau meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1983 di rumah sakit umum Ujung Pandang, kemudian digantikan oleh bapak             I Made Rai dan pada tahun 1991   beliau dialihtugaskan ke Stasiun Geofisika Klas I Winangun Manado Sulawesi Utara.Dan digantikan oleh bapak Djalias merupakan Kepala Stasiun Geofisika Gowa yang ketiga, beliau bertugas mulai tahun 1991 sampai mengakhiri masa tugasnya sebagai PNS pada bulan Mei 1999 (pensiun), pada bulan Pebruari tahun 2000 beliau meninggal dunia di rumah sakit umum Dr. Wahidin Makassar karena sakit, sebagai pengganti berikutnya adalah saudara Hariyanto mulai bulan Mei tahun 1999 hingga  September 2004 beliau dialih tugaskan ke Stasiun Geofisika Tretes , selanjutnya digantikan oleh bapak Robert Owen Wahyu S.Si  hingga Februari 2005, beliau dialihtugaskan ke Stasiun Geofisika Palu, Kemudian digantikan oleh bapak Drs.Suko Prayitno Adi M.Si hingga sampai Desember 2007 , dan  beliau dialihtugaskan ke Stasiun Geofisika Angkasa Jayapura, selanjutnya digantikan oleh bapak H. Ponimin , S.Si sampai Juni 2009, dan beliau dialihtugaskan ke Stasiun Geofisika Jakarta, selanjutnya digantikan oleh Bapak Robert Owen Wahyu S.Si  hingga sekarang.






  1. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
 










SEKSI OBSERVASI DAN INFORMASI
 
                                       

 

                                                                                                                  
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
 

BAB III
TINJAUAN KONSEPSIONAL

A.  Pengertian Gempa
            Gempabumi adalah peristiwa pelepasan sejumlah energi pada batuan kerak bumi, salah satu bentuk energi tersebut adalah energi gelombang yang disebut dengan gelombang seismik, gelombang seismik tersebut dipancarkan dari sumbernya dan menjalar ke segala arah ( spheris ) melewati lapisan-lapisan bumi yang terdiri dari bermacam-macam formasi geologi. Penjalaran ini dipancarkan ke segala arah dengan energi yang sama, tetapi pada saat melewati formasi batuan yang berbeda  akan menimbulkan efek yang berbeda pada batuan tersebut, tergantung dari rigiditas / kekerasan batuan.  Apabila energi gelombang seismic melewati struktur yang lebih padat maka efek energi itu akan diredam sehingga batuan-batuan tersebut akan mengalami efek yang lebih kecil dari efek yang seharusnya dirasakan apabila formasinya sama dengan formasi geologi asal sumber energi.  Apabila energi gelombang melewati formasi geologi yang lebih lunak maka efeknya akan lebih besar daripada efek yang seharusnya dirasakan. Seperti struktur aluvial dimana struktur batuan ini bisa sangat berbahaya terhadap getaran karena dapat memperbesar amplitudo getaran akibat amplifikasi.  Pelemahan dari seismik wave ini berkaitan erat dengan sifat elastisitas dari bumi/media dan sifat gelombang itu sendiri, tentu bumi bukan medium yang ideal dan ”perfectly elastic” dan bahwa propagasi gelombang akan teratenuasi dengan fungsi waktu / jarak karena energi yang hilang.
PETUNJUK  KHUSUS.
Pedoman yang digunakan untuk pembacaan/menganalisa seismogram adalah sebagai berikut  :
DATE
: Tanggal terjadinya gempabumi.
PHASE
: Tahap awal gelombang gempabumi dengan pengertian :

iP
: Phase awal gelombang primer dengan arah gerakan awal jelas/tajam.

eP
: Phase awal gelombang primer dengan arah gerakan awal kurang jelas/tumpul.

iS
: Phase awal gelombang sekunder jelas/tajam.

eS
: Phase awal gelombang sekunder tumpul.

Amax
: Phase gelombang dengan simpangan/amplitudo maksimum
TIME
: Waktu tercatatnya gelombang gempabumi di stasiun pengamat (GMT).

H
: Hour (jam tercatatnya gelombang gempabumi).

M
: Minutes (menit  tercatatnya gelombang gempabumi)

S
: Second (detik tercatatnya gelombang gempabumi).
DIR ( DIRECTION )
: Arah gerak awal phase gelombang primer ( P ) pada seismogram :

Komponen vertikal
: c (Compresi/Tekanan/ke atas)


  d (Dilatasi/Tarikan/ke bawah)

Komponen  N - S
: N (North/ke atas)


  S  (South/ke bawah)

Komponen  E - W
: E (East/ke atas)


  W (West/ke bawah)
TRACE AMP.
: Trace amplitudo, menunjukan besarnya simpangan terbesar gelombang  gempa ,dalam seluruh rangkaian untuk gempa local dan pada interval 5 detik pertama pada gelombang  P untuk gempa tele.
T (PERIODE)
: Periode dari phase gelombang P yang diukur amplitudonya dan khusus untuk gempa-gempa jauh/tele.
T Y P E
: Type gempabumi ditinjau dari jaraknya yang tercatat di stasiun pengamatan.

L
: Gempabumi lokal, jarak pusat gempa £ 10° dari stasiun pengamatan.

T
: Gempabumi tele/jauh, jarak pusat gempa > 10° dari stasiun pengamatan.
ML (MAG. LOKAL)
: Magnitude Gempabumi local yang dihitung berdasarkan tabel fungsi    amplitudo dan jarak pusat gempa dari stasiun pengamatan.
MD ( MAG. DURASI )
: Magnitude Gempabumi yang dihitung berdasarkan lamanya waktu gempa terjadi
TD (TIME DURATION)
: Lamanya getaran gelombang gempa yang tercatat di stasiun    pengamatan (dalam detik).
DEG ( DEGREE )                   
:  Jarak pusat gempabumi dari stasiun pengamatan yang dinyatakan dalam derajat (1° = 111 Km).
REMARKS
: Catatan keterangan yang dianggap perlu.
OT
: Origin time / waktu terjadinya gempabumi di hypocentrum.
E
: Episentrum / pusat gempabumi di permukaan bumi (lintang-bujur)
H
: Kedalaman gempabumi di bawah permukaan.



Adapaun Skala Richter untuk magnitudo gempabumi adalah sebagai berikut.
                I.            < 2 Secara umum getaran tak terasa tetapi terekam oleh seismograf
             II.            2 – 2,9 Getaran hampir terasa oleh sebagian kecil orang
          III.            3 – 3,9 Getaran terasa oleh sebagian kecil orang
          IV.            4 – 4,9 Getaran terasa oleh hampir semua orang
             V.            5 – 5,9 Getaran mulai menimbulkan kerusakan bangunan
          VI.            6 – 6,9 Getaran menimbulkan kerusakan
       VII.            7 – 7,9 Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
    VIII.            8 – 9 Gempa dahsyat, getaran sangat kuat dan meluluh lantakkan bangunan
            Intensitas gempabumi adalah suatu skala yang berdasarkan pengalaman pribadi yang pertamakali ditemukan oleh Giuseppi Mercalli pada tahun 1902 kemudian dimodifikasi oleh Charles Richter pada tahun 1956. Skala ini terdiri dari 12 pembagian intensitas gempabumi dan ditulis memakai huruf romawi.
            Skala intensitas gempabumi (Modified Mercalli scale of earthquake Intensity / MMI) :
                I.   Tidak terasa kecuali oleh sangat sedikit orang pada lingkungan yang sangat memungkinkan untuk merasakan.
             II.   Terasa oleh sedikit orang yang sedang istirahat diatas lantai dan benda yang tergantung     tampak bergoyang.
          III.   Terasa terutama bagi mereka yang berada di lantai atas tetapi tidak dirasakan sebagai gempabumi. Getarannya seperti jika terdapat mobil/truk lewat.
          IV.   Dirasakan oleh beberapa orang terutama di dalam rumah. Mereka yangsedang tidur-tidur   ayam akan terbangun dan getarannya seperti kalau ada truk berat yang lewat di samping          kita. Mobil yang diam mengalami getaran. Jendela, pintu dan piring-piring bergetar.
             V.   Terasa oleh semua orang yang berada di dalam rumah dan di luar dirasakan oleh banyak    orang. Beberapa orang berhamburan ke luar rumah dan beberapa memecahkan piring,            benda-benda terbuat dari gelas, dan juga jendela bergetar hebat. Pada dinding terdapat         beberapa rekahan kecil pada plesternya. Menggerakkan benda-benda kecil, cairan mulai         bergoyang dan bandul jam terganggu sehingga jam mati.
          VI.   Terasakan oleh semua orang dan membuat ketakutan sehingga berhamburan ke luar            rumah. Beberapa rumah retak dindingnya. Piring, gelas dan kaca jendela banyak yang            pecah. Buku-buku dan gambar di dinding berjatuhan, meja-meja bergerak, rak-rak        terguling. Kerusakan ringan.
       VII.   Menakutkan semua orang, susah untuk berdiri. Kerusakan terdapat pada bangunan yang kurang baik konstruksinya, dan akan rusak erat bagi bangunan yang tua atau tidak baik konstruksinya. Beberapa cerobong asap runtuh. Terjadi tanah longsor kecil, menyebabkan air  mengalami tubulensi.
    VIII.   Ketakutan dan panik bagi sebagian orang. Mengganggu para pengendara mobil. Lemari     pakaian yang berat roboh. Rumah yang baik perencanaannya pun mengalami kerusakan            kecil, tetapi bangunan yang kurang baik perencanaannya akan runtuh. Sebagian besar tembok, cerobong asap, tower dan monumen berjatuhan. Air sumur terguncang dan rekahan muncul pada tanah basah.
          IX.   Panik bagi semua orang. Rusak bagi bangunan yang sudah direncanakan untuk tahan gempabumi. Rekahan pada tanah sangat jelas. Pipa-pipa bawah tanah mengalami  kerusakan. Pada endapan yang lunak, pasir dan lumpur dilemparkan ke luar.

untuk lebih lanjut silahkan download aja yah

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com